Komitmen Mengangkat Isu Pendidikan di G20

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Isu pendidikan menjadi hal strategis dalam pertemuan negara-negara Group of Twenty atau G20. Presidensi atau Keketuaan Indonesia berperan menentukan agenda prioritas dalam rangkaian pertemuan G20.

Dari sekian isu domestik maupun global, masalah pendidikan khususnya di masa pandemi Covid-19, dibahas dalam Kelompok Kerja Pendidikan G20 atau Education Working Group (EdWG).

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memimpin Education Working Group ini. Kelompok tersebut diketuai oleh Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbudristek Iwan Syahril. Dalam kepemimpinannya di EdWG G20, Kemendikbudristek mengangkat empat isu utama untuk dibahas bersama oleh negara anggota G20.

Keempat isu itu adalah

  • Kualitas pendidikan untuk semua (universal quality education)
  • Teknologi digital dalam pendidikan (digital technologies in education)
  • Solidaritas dan kemitraan (solidarity and partnership), dan
  • Masa depan dunia kerja pascapandemi Covid-19 (the future of work post Covid-19).

Iwan Syahril mengatakan, isu pertama merupakan penegasan kembali komitmen Indonesia untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas bagi semua golongan. ”Jadi pendidikan ini inklusif untuk hal yang sangat luas, bukan hanya buat anak disabilitas, tapi juga kelompok-kelompok marjinal yang rentan,” ujar Iwan Syahril.

Iwan mengatakan, komitmen tersebut juga menegaskan keberpihakan Indonesia dalam Sustainable Development Goals (SDGs) 4 tahun 2030 tentang tujuan pendidikan global, di mana dunia membutuhkan pemulihan di sektor pendidikan pascapandemi Covid-19.

”Sekali lagi bukan secara domestik, tapi juga global. Jadi kita juga melihat negara-negara yang mungkin perlu mendapatkan perhatian komunitas global. Karena kita hanya bisa maju jika kita terus bersama-sama,” katanya.

Kesenjangan pendidikan antarwilayah dan antarkelompok sosial-ekonomi di Indonesia masih menjadi problem besar. Kondisi ini makin parah oleh pandemi corona. Mengutip riset Data Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek RI bersama Inovasi, kerugian belajar (learning loss) akibat pandemi terjadi secara tidak merata.

Setelah satu tahun pandemi, hasil belajar literasi dan numerasi siswa di wilayah timur Indonesia tertinggal sekitar 8 bulan belajar dari mereka yang tinggal di wilayah barat. Siswa yang tidak memiliki fasilitas belajar, seperti buku teks, tertinggal 14 bulan belajar dari mereka yang memilikinya.

Sementara itu, siswa yang ibunya tidak bisa membaca bahkan tertinggal 20 bulan belajar dari mereka yang ibunya bisa membaca. Jadi, bagaimana bagi siswa yang tidak memiliki perangkat digital dan akses internet di daerah? Tentu situasinya makin pelik dan menambah kesenjangan kualitas meraih pendidikan yang berkualitas.

Adapun data Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa sekolah yang melayani siswa dari keluarga miskin rata-rata tertinggal tiga sampai empat tahun pelajaran dari siswa kelas sosial-ekonomi atas.

Isu kedua adalah Teknologi Digital dalam Pendidikan. Menurut Iwan, telah terjadi akselerasi yang luar biasa dalam pemanfaatan teknologi digital di dunia pendidikan selama masa pandemi Covid-19.

Dia kemudian menyebut platform Guru Belajar dan Guru Berbagi yang sudah menjangkau lebih dari 70 persen guru di sekolah-sekolah di Indonesia. Dalam forum G20, Indonesia ingin berbagi pengalaman guru-guru yang tergabung dalam Komunitas Guru Belajar dan Guru Berbagi.

Komunitas itu justru diikuti oleh 40 persen guru di daerah terpencil. Pengalaman ini sebagai bukti tingkat resiliensi yang ditunjukkan guru-guru di tanah air.

Di samping itu, isu kedua ini juga akan membahas bagaimana teknologi digital bisa menjadi jawaban atas permasalahan akses, kualitas, dan keadilan sosial di bidang pendidikan.

Kemudian isu ketiga adalah mengenai solidaritas dan kemitraan. Menurut Iwan, isu ini menegaskan komitmen Indonesia untuk bekerja sama dengan negara lain.

Yang terakhir, mengenai masa depan dunia kerja. Prediksi mengenai kebutuhan di dunia kerja pascapandemi Covid-19 mengalami perubahan antara kebutuhan untuk dunia masa kini dan di masa depan.

Dunia kemudian harus berpikir ulang tentang bagaimana peran pendidikan dalam dunia kerja dan relevansinya. Juga, menautkan dunia pendidikan dan industri, seperti halnya dalam pendidikan vokasi.

“Mudah-mudahan empat isu ini bisa kita kawal. Kemarin kita sudah melakukan meeting dengan sherpa dan tanggapannya sangat baik dari berbagai negara yang sudah memberikan pandangan. Umumnya mereka melihat empat isu ini sangat relevan. Nanti akan kita tajamkan lagi. Mudah-mudahan kita bisa membuat sebuah kesepakatan antara menteri-menteri pendidikan tentang apa yang bisa kita lakukan atau call to action dalam menyikapi kondisi untuk recover together, recover stronger,” ujar  Iwan.

“Recover Together, Recover Stronger” atau “Pulih Bersama” adalah tema utama dalam Presidensi G20 Indonesia. Presidensi G20 merupakan pintu bagi Indonesia untuk mendapatkan kepercayaan internasional.

Menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk berkontribusi lebih besar bagi pemulihan ekonomi global, dengan partisipasi aktif membangun tata kelola dunia yang lebih sehat, lebih adil, dan berlanjutan berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Melalui tema tersebut, Presidensi G20 Indonesia dapat memberikan semangat baru untuk mewujudkan tatanan dunia.  Bukan hanya memberikan kesejahteraan dan kemakmuran, melainkan juga menjamin keberlanjutan kehidupan di masa depan.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini