MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Para orang tua di Nigeria terlihat menangis, tertawa, dan memeluk erat putra mereka setelah bertemu kembali usai sepekan diculik. Kabarnya anak-anak yang berada di asrama itu dipaksa keluar dari sekolah oleh sejumlah orang bersenjata menuju hutan terdekat.
Sementara rasa trauma dan kelelahan tergambar jelas di wajah anak laki-laki yang diculik. Usman Garuba, salah satu anak laki-laki yang berhasil dibebaskan, mengisahkan kengerian yang mereka alami selama hampir sepekan, di mana mereka harus berjalan melewati hutan dan bahkan dipukuli.
“Saya merasa sangat buruk. Sejujurnya, pada saat itu saya lebih berharap dibunuh. Karena sungguh itu adalah pengalaman yang sangat mengerikan dan saya merasa lebih baik untuk tidak hidup sama sekali,” kata Usman Garuba, melansir Associated Press.
Boko Haram, kelompok pemberontak jihadis Nigeria, mengaku bertanggung jawab atas penculikan tersebut. Akan tetapi, pemerintah kemudian mengatakan penculikan itu dilakukan oleh kelompok bandit yang merajalela di barat laut.
Hanya dua hari setelah anak laki-laki yang dibebaskan dibawa ke Katsina, 80 siswa lainnya kembali diculik di daerah terdekat. Namun, berhasil diselamatkan dengan cepat oleh pihak kepolisian dan kelompok pertahanan diri lokal.
Pemerintah Nigeria kerap menuai kritik lantaran dianggap gagal melindungi warga sipil dari pemberontakan dan kekerasan kriminal. Nnamdi Obasi dari International Crisis Group mengatakan, menculik anak laki-laki sepanjang malam dengan mudah membuktikan bahwa keamanan di daerah tersebut tidak memadai.
“Kejadian ini menunjukkan deficit keamanan di kawasan karena masyarakat, sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur pemerintah masih sangat rentan,” kata Nnamdi Obasi dari International Crisis Group.
“Wilayah timur laut memiliki begitu banyak kelompok bersenjata. Mencapai kesepakatan dengan salah satu dari mereka, tidak lantas menjamin, orang lain tidak dapat memulai hal yang sama di masa depan, terutama ketika konsesi tertentu dibuat,” tuntasnya.