Kiamat Sudah Semakin Dekat, Sungai Eufrat dan Tigris Makin Mengering

Baca Juga

MATA INDONESIA, QATAR – Danau Bendungan Eufrat di Suriah Timur semakin mengering. Tak hanya itu, dari balik dalamnya air di danau tersebut muncul sebuah situs pemakaman arkeologi besar.

Sejumlah arkeolog kaget dengan penemuan ini. Situs ini berasal dari peradaban Bizantium. Dan lokasinya berada di provinsi Raqqa, membentang di area yang luas di tepi Timur danau Bendungan Eufrat (Bendungan Tabqa).

Munculnya situs-situs arkeolog ini karena semakin surutnya air sungai Efrat dan Tigris selama tiga tahun terakhir. Selama ini banyak situs arkeologi terendam di perairan dua sungai yang melintasi Suriah, Irak dan Turki.

Tingkat air di Sungai Efrat telah mencapai tingkat yang sangat rendah dalam beberapa tahun terakhir. Arus dari Turki menuju wilayah Suriah di bawah 200 meter kubik per detik, yang kurang dari setengah jumlah pada tahun 1987.

“Dasar Sungai Eufrat menyaksikan enam era sejarah, termasuk Sumeria, Akkadia, Asyur, Yunani, Bizantium, di samping era Islam. Membangun bendungan di tempat pertama, katanya, adalah keputusan yang tidak adil,” kata insinyur dan mantan direktur departemen pemeliharaan Suriah untuk Sungai Eufrat, Abdul Razzaq al-Aliawi.

Pemerintah Suriah Youssef Zain pada tahun 1968 membangun Bendungan Eufrat tanpa mengalihkan Sungai Eufrat ke padang pasir dan membangun danau di sana. Sebaliknya, Aliawi mengatakan danau bendungan yang terbentuk dengan panjang 100 kilometer dan lebar 8 kilometer itu menggenangi situs-situs kuno yang paling menonjol di sungai. Hanya beberapa artefak dan monumen yang bisa terselamatkan.

“Banyak kuburan terletak di daerah ini termasuk biara Kristen Syria. Pemakaman yang masih terendam dapat terlihat jelas saat cerah dan air danau. Beberapa penemuan kuburan di tepi kanan danau di wilayah Barat Raqqa. Tetapi tepi kiri lebih berbatu, sehingga sulit untuk melakukan pekerjaan penggalian,” katanya.

Pada Juli 2022 lalu, surutnya air Sungai Eufrat di kota Anah di Irak mengungkapkan kota kuno Talbes. Mohammad Jassim, seorang arkeolog Irak, melaporkan munculnya setidaknya 80 situs bersejarah akibat penurunan ketinggian air Bendungan Haditha.

Adapun pada tanggal 6 Juni 2022, Departemen Purbakala di Dohuk di Wilayah Kurdistan Irak mengumumkan penemuan sebuah kota dari Kekaisaran Mitanni, yang berusia 3.400 tahun, yang muncul ketika air di lembah Sungai Tigris surut.

Sedangkan Direktur Departemen Purbakala Dohuk, Becs Privkani, mengatakan pada 6 Juni bahwa kota itu, yang secara historis dikenal sebagai Zakhiko, disebutkan dalam teks-teks Babilonia. Ditemukan sebuah istana dan beberapa bangunan lain, selain pagar besar, katanya, dan juga ditemukan teks-teks berhuruf paku.

Semakin mengeringnya kedua sungai ini menjadi ciri-ciri kiamat seperti janji Allah SWT.

Hadits riwayat Muslim berikut ini.

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ جَبَلٍ مِنْ ذَهَبٍ، يَقْتَتِلُ النَّاسُ عَلَيْهِ، فَيُقْتَلُ مِنْ كُلِّ مِائَةٍ، تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ، وَيَقُولُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ: لَعَلِّي أَكُونُ أَنَا الَّذِي أَنْجُو

Artinya, “Kiamat tidak akan terjadi sampai al-furat mengering sehingga muncullah gunung emas. Manusia pun saling bunuh untuk memperebutkannya. Dari setiap seratus orang (yang memperebutkannya), terbunuhlah sembilan puluh sembilan orang. Setiap orang dari mereka mengatakan, ‘Mudah-mudahan aku-lah orang yang selamat,” (HR Muslim).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Waspada Hoaks OPM, TNI : Rumah Bupati Puncak yang Dibakar Bukan PosMiliter

Oleh: Loa Murib Kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menunjukkan pola lama merekadalam menutupi aksi brutal yang dilakukan terhadap masyarakat sipil. Dalam upayamembenarkan tindak kekerasan, OPM menyebarkan disinformasi bahwa rumah milik BupatiPuncak dan kantor Distrik Omukia yang mereka bakar di Papua Tengah merupakan pos militeryang digunakan oleh TNI. Tuduhan tersebut segera dibantah secara resmi oleh pihak militer danterbukti tidak memiliki dasar fakta. TNI melalui Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Infanteri CandraKurniawan, memberikan klarifikasi bahwa bangunan yang dibakar oleh OPM tidak difungsikansebagai markas militer. Tindakan pembakaran itu murni merupakan aksi kriminal yang disengajauntuk menciptakan ketakutan, mengganggu ketertiban umum, dan mencoreng wibawa negara di mata masyarakat Papua. Bantahan ini menjadi penegasan bahwa OPM kembali menggunakanstrategi disinformasi untuk mengaburkan realitas dan membangun opini publik yang menyesatkan. Disinformasi semacam ini memperjelas bahwa OPM tidak hanya mengandalkan kekerasanbersenjata, tetapi juga propaganda informasi sebagai instrumen perlawanan mereka. Merekamenciptakan narasi seolah-olah aparat keamanan adalah pihak yang menyebabkan keresahan, padahal masyarakat sipil justru menjadi korban utama dari aksi teror yang dilakukan olehkelompok tersebut. Manipulasi informasi yang dilakukan OPM jelas bertujuan untuk merusakkepercayaan publik terhadap negara dan aparat keamanan. Kejadian yang menimpa Kabupaten Yahukimo menjadi contoh konkret betapa kejamnya aksiOPM. Dalam serangan yang dilakukan belum lama ini, seorang pegawai honorer PemerintahKabupaten Yahukimo tewas akibat kekerasan yang mereka lakukan. Insiden ini menunjukkanbahwa OPM telah melampaui batas kemanusiaan dan menjadikan nyawa warga sipil sebagai alattawar dalam narasi perjuangan mereka yang keliru. Merespons insiden tersebut, aparat gabungan dari Satgas Operasi Damai Cartenz bergerak cepatbegitu mendapat laporan dari jajaran Polres Yahukimo. Tim langsung turun ke lokasi kejadian, melakukan evakuasi korban ke RSUD Dekai, mengamankan tempat kejadian perkara, sertamengumpulkan bukti-bukti untuk mengungkap pelaku. Kecepatan ini menunjukkan bahwanegara tidak tinggal diam dalam menjamin perlindungan bagi rakyat, dan siap menghadapisegala bentuk teror yang mengancam stabilitas wilayah. Kepala Operasi Satgas Damai Cartenz, Brigjen Pol Faizal Ramadhani, menegaskan bahwaseluruh aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok separatis akan ditindak secara tegas sesuaihukum. Penegakan hukum ini bukan hanya penting untuk memberikan keadilan bagi para korban, tetapi juga menjadi pernyataan tegas bahwa kekuatan bersenjata tidak akan dibiarkanmerusak keutuhan dan kedamaian di Papua. Kekejaman OPM, yang ditunjukkan melalui aksi pembakaran, pembunuhan, serta provokasiberulang, memperlihatkan bahwa kelompok ini bukanlah representasi perjuangan rakyat Papua. Sebaliknya, mereka adalah ancaman nyata yang menghalangi pembangunan dan menimbulkanketakutan di tengah masyarakat. Klaim mereka sebagai pembebas Papua tidak sejalan dengankenyataan bahwa mereka justru memperparah penderitaan rakyat melalui aksi-aksi brutal yang dilakukan. Kasatgas Humas Damai Cartenz, Kombes Pol Yusuf Sutejo, mengimbau masyarakat untuk tidakterprovokasi oleh informasi yang belum terverifikasi. Ia menegaskan bahwa perlindunganterhadap masyarakat sipil menjadi prioritas utama. Dalam situasi seperti ini, partisipasi aktif dariwarga untuk melaporkan aktivitas mencurigakan di lingkungannya menjadi elemen pentingdalam menjaga keamanan. Negara juga terus menunjukkan komitmennya untuk hadir tidak hanya melalui pendekatankeamanan, tetapi juga melalui pembangunan yang merata dan berkelanjutan. Berbagai program pembangunan infrastruktur, kesehatan, pendidikan, serta pemberdayaan ekonomi telahdigulirkan sebagai bentuk nyata perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan rakyat Papua. Kehadiran negara di Papua bukanlah dalam bentuk represi, tetapi dalam wujud pelayanan danpemberdayaan. Narasi OPM yang menyebut Papua berada dalam penjajahan adalah bentuk manipulasi sejarah. Papua merupakan bagian sah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan hal itu telahditegaskan melalui proses hukum dan politik yang diakui secara nasional maupun internasional. Setiap upaya untuk memisahkan diri dari Indonesia, apalagi melalui kekerasan bersenjata danpropaganda menyesatkan, merupakan pelanggaran terhadap konstitusi yang harus ditindak tegas. Kesadaran masyarakat Papua akan pentingnya perdamaian kini semakin menguat. Kolaborasiantara tokoh adat, tokoh agama, dan masyarakat sipil dalam menjaga ketertiban dan menolakaksi kekerasan menjadi sinyal kuat bahwa Papua ingin maju bersama dalam bingkai NKRI. Kekuatan kolektif masyarakat ini menjadi benteng terdepan dalam menangkal pengaruh burukdari kelompok separatis. Mengecam tindakan keji OPM dan membongkar propaganda mereka bukan semata-matatanggung jawab aparat keamanan. Ini adalah kewajiban moral seluruh rakyat Indonesia dalammenjaga keutuhan bangsa dan memperjuangkan masa depan Papua yang aman dan sejahtera. Sudah terlalu banyak korban yang jatuh akibat disinformasi dan kekerasan yang dibungkusdengan dalih perjuangan. Penegakan hukum, pendekatan informasi yang jernih, serta pembangunan yang inklusif harusterus diperkuat untuk mengikis pengaruh kelompok separatis. Dengan semangat kebersamaandan kehadiran negara yang nyata,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini