MATA INDONESIA, JAKARTA – Kesinambungan antara sumber daya manusia (SDM), teknologi dan proses deteksi dini merupakan tiga faktor penting untuk mengantisipasi serangan siber di Indonesia. Hal ini dikemukakan oleh Kabid Penjamin Keamanan Pushansiber Bainstrahan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Kolonel Sus Ir. R Trisatya Wicaksono.
Selain itu upaya untuk terus berinovasi juga penting untuk menyesuaikan diri dengan teknologi yang semakin canggih.
“Kita juga harus catch-up dengan teknologi terkini ya, arena pihak musuh gunakan dengan teknologi yang semakin canggih,” kata Kolonel Sus Ir. R Trisatya Wicaksono dalam diskusi bersama Mata Indonesia TV dengan tema ‘Asia Tenggara Menjadi Medan Perang Cyber Espionage’,” Selasa 8 Juni 2021.
Selain membenahi di sektor internal, Kemhan juga terus bersinergi dengan negara-negara di kawasan regional seperti ASEAN. Tujuannya, supaya ancaman siber bisa diantisipasi sejak dini sehingga tidak mengganggu kedaualatan negara-negara kawasan.
“Kita berbicara untuk regional ADMM-plus ada expert working group dan itu ada siber, kita bicarakan updaya amankansiber di ASEAN dan dibantu negara lain, bisa diskusikan sisi aturan, bagaimana jika ada siber lintas negara,” kata Kolonel Sus Ir. R Trisatya Wicaksono.
Hal ini dinilai penting untuk membangun sebuah sinergi yang baik antar negara-negara ASEAN dalam menghadapi ancaman siber. Maka, pertukaran informasi terkait penggunaan teknologi menjadi salah satu cara untuk memperkuat keamanan negara-negara ASEAN.
“Ada juga sisi teknis, dari sisi teknologi bagaimana kita sharing informasi dan best practices negara ASEAN, dan saling share bersama negara ASEAN,” kata Kolonel Sus Ir. R Trisatya Wicaksono.