Kenali Close Contact Detector, Senjata Cina Perangi Corona

Baca Juga

MATA INDONESIA, BEIJING – Upaya pencegahan atas penyebaran wabah corona terus dilakukan oleh pihak otoritas Cina. Belum lama ini, pemerintah setempat meluncurkan aplikasi yang mampu mendeteksi pengguna berisiko terkena virus Corona atau tidak.

Jika pengguna diidentifikasi berisiko terinfeksi, maka disarankan untuk tetap berada di rumah dan memberi tahu otoritas kesehatan setempat.

Aplikasi tersebut diberi nama ‘close contact detector’. Selain itu, aplikasi ini juga mampu memberikan isyarat bagi pengguna bila tengah berada di dekat seseorang yang terinfeksi atau diduga memiliki virus Corona.

Melansir pemberitaan kantor berita Xinhua, aplikasi ini dikembangkan bersama departemen pemerintah dan Cina Electronics Technology Group Corporation serta didukung oleh data dari otoritas kesehatan dan transportasi.

Pemerintah Cina menyebut ‘close contact detector’ dapat digunakan oleh orang-orang yang bekerja dalam satu lingkungan bersama-sama, para murid yang berbagi ruang kelas, atau tinggal di rumah yang sama.

Aplikasi ini juga bisa digunakan oleh staf medis, anggota keluarga, atau orang lain yang telah melakukan kontak dekat dengan pasien.

Berikut ini adalah tata cara penggunaaan aplikasi ‘close contact detector’.

Pertama-tama, pengguna perlu memindai kode QR melalui smartphone menggunakan aplikasi seperti layanan pembayaran Alipay atau media sosial WeChat.

Setelah aplikasi baru terdaftar dengan nomor telepon, pengguna diminta untuk memasukkan nama dan nomor ID. Setiap nomor telepon yang terdaftar dapat digunakan untuk memeriksa status hingga tiga nomor ID.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pusaran Konflik di Pantai Sanglen Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Berangkat dari penutupan akses masuk Pantai Sanglen, Kemadang, Gunungkidul, yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta dan Obelix. Warga setempat, yang selama ini memanfaatkan lahan Pantai Sanglen untuk bertani dan mencari nafkah, merasa terpinggirkan. Mereka khawatir pengembangan pariwisata berskala besar akan mengabaikan kesejahteraan masyarakat lokal dan merusak lingkungan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini