MATA INDONESIA, JAKARTA – Tingkat kemiskinan di Gaza naik sebesar 40 persen, menjadi 56 persen dalam kurun waktu 10 tahun sejak 2007 hingga 2018, menurut laporan badan PBB, UNCTAD.
Penyebabnya tak lain karena operasi militer dan penutupan akses keluar-masuk, yang menyebabkan ekonomi di Gaza lumpuh, dengan total kerugian mencapai 16,7 miliar dolar AS atau setara Rp 253,3 triliun.
Menurut hitungan UNCTAD, kerugian tersebut setara dengan enam kali nilai produk domestik bruto (PDB) rakyat Palestina di Gaza pada 2018 atau setara dengan 107 persen dari total PDB warga Palestina.
Masalah ini kemungkinan masih akan terus berlanjut, dan mengganggu aktivitas dagang rakyat Palestina, karena akses mereka untuk terhubung dengan negara lain, ditutup oleh Israel.
“Penelitian ini fokus menganalisis periode 2007-2018, dan menggunakan analisis ekonometrik survei data rumah tangga, perkiraan biaya ekonomi kumulatif dari pendudukan Israel di Gaza melalui kebijakan penutupan dan pembatasan yang diperpanjang serta operasi militer menyebabkan kerugian sampai 16,7 miliar dolar AS atau enam kali nilai PDB di Gaza dan 107 persen dari nilai PDB keseluruhan rakyat Palestina,” demikian menurut UNCTAD dalam bagian ringkasan laporannya, seperti dikutip pada Kamis 26 November 2020.
Badan PBB itu menegaskan rakyat Palestina di Gaza hanya dapat pulih dari krisis ekonomi dan kemanusiaan, jika Israel menghentikan operasi militernya dan mencabut blokade di wilayah tersebut.