MATA INDONESIA, JAKARTA – Provokasi rakyat di masa pandemi Covid19 dengan mendelegitimasi pemerintah, bukan dilakukan pemain baru. Mereka adalah pihak yang sama saat membangun narasi politik identitas di kontestasi politik 2017 dan 2019.
Hal itu diungkapkan pengamat intelijen, Stanislaus Riyanta saat berbincang dengan Mata Indonesia News, Jumat 23 Juli 2021.
“Jika dahulu memanfaatkan kontestasi politik, sekarang melihat penanganan pandemi Covid19 sebagai peluang untuk mendelegitimasi pemerintah dengan membuat narasi pemerintah lemah dan gal mengatasi Covid19 yang membuat masyarakat terbawa provokasi itu,” ujar Riyanta.
Riyanta menilai mudahnya masyarakat terprovokasi karena saat mereka menghadapi masalah di era pandemi ini tidak ada yang memberi solusi. Apalagi unsur pemerintah juga terkesan tidak satu suara.
Kondisi itu membuat masyarakat sangat mudah termakan provokasi para petualang politik yang sudah menghalalkan segala cara untuk mendelegitimasi Presiden Jokowi tersebut.
Maka, Riyanta menganjurkan pemerintah tetap fokus menangani Pandemi Covid19 dengan tiga pendekatan yang digencarkan yaitu menggalakkan disiplin protokol kesehatan, mempercepat vaksinasi dan program bantuan sosial yang tepat sasaran.
Selain itu, semua hal yang bersifat pembatasan masyarakat harus dikaji ulang dan membuat kebijakan agar masyarakat tetap bisa beraktivitas dengan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Sementara, Polri harus turun tangan menangani kasus-kasus narasi fitnah sehingga ketegasan pemerintah membuat masyarakat menjadi tenang.
Jika masyarakat mendapatkan solusi dari masalahnya selama Pandemi ini, menurut Riyanta otomatis akan mengabaikan provokasi para petualang politik tersebut.
Pemerintah juga diminta harus satu suara dalam menangani pandemi agar masyarakat tidak bingung dan mudah terprovokasi.