MATA INDONESIA, JAKARTA – Memperkuat wilayah perbatasan masih harus terus dilakukan supaya praktik kejahatan di perbatasan bisa dicegah dan diantisipasi. Hal ini tidak lepas dari maraknya tindak kejahatan yang berpotensi masuk dan membawa dampak buruk bagi kehidupan masyarakat Papua.
Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta menegaskan bahwa salah satu solusinya yaitu dengan memberdayakan masyarakat.
“Penguatan perbatasan harus dilakukan, perlu kolaborasi untuk menguatkan perbatasan, TNI dengan gelar teritorial di perbatasan dan program pemberdayaan masyarakat bisa menjadi alternatif untuk penguatan perbatasan sehingga mengurangi celah untuk masuknya kejahatan dari luar. Kegiatan pembinaan masyarakat dari Polri lewat Babinkamtibmas juga harus ditingkatkan,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Senin 14 Februari 2022.
Pengentasan terhadap kasus narkotika sudah sepatutnya dilakukan. Hal ini tidak lepas dari data dari BNNP Papua yang telah menangani sebanyak 19 kasus dengan 25 tersangka terkait kasus narkotika jenis ganja dan sabu selama tahun 2021.
Selain itu, pembinaan terhadap masyarakat juga bisa dilakukan untuk mengantisipasi penggunaan jalur tikus untuk melakukan tindak kejahatan. Beberapa wilayah yang patut untuk diwaspadai meliputi Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom.
“Banyak jalan tikus yang bisa digunakan para pengedar melintas dan memasuki wilayah Papua, khususnya Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom yang berbatasan langsung dengan PNG,” kata Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Papua Tjatur Abrianto.
Pemasok sabu-sabu mayoritas berasal dari tiga daerah, yaitu Jakarta, Madura (Jawa Timur), dan Makassar (Sulawesi Selatan) yang dikirim melalui jasa pengiriman barang. Maka BNN berharap kerja sama dengan semua pihak agar bisa menggagalkan upaya penyebaran narkotika jenis sabu-sabu.