MATA INDONESIA, JAKARTA-Kebijakan pangan dalam negeri dinilai perlu memperhatikan kesejahteraan petani dan mencari upaya lanjutan untuk menekan impor bahan makanan. Hal itu diungkapkan oleh Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa.
Menurutnya, ketika petani sejahtera pasti produksi pangan meningkat dan kalau petani sejahtera pasti petani tidak akan mengkonversi lahannya menjadi lahan non pertanian.
Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) mengatakan kondisi petani belum sepenuhnya sejahtera, mengingat selama ini program pembangunan pangan pemerintah terlalu fokus kepada konsumen, bukan produsen.
“Kita lihat belakangan ini saat harga-harga naik, inflasi naik, pemerintah menggenjot agar harga turun sehingga yang dirugikan petani-petani kecil,” katanya.
Selain itu, pemerintah juga belum siap menghadapi guncangan harga pangan atau krisis pangan dunia di masa depan, karena orientasi impor komoditas yang masih tinggi.
Saat ini, impor delapan komoditas utama Indonesia dalam 10 tahun terakhir meningkat 20 juta ton. Ia pun memperkirakan realisasi impor pada 2022 akan meningkat dibanding tahun 2021.