Karnaval Budaya HUT Merauke Dibatalkan

Baca Juga

MATA INDONESIA, MERAUKE – Karnaval budaya yang rencananya berlangsung pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke-120 Kota Merauke, Papua batal. Keputusan ini keluar dari Pemerintah Daerah Merauke.

Pembatalan dengan pertimbangan meningkatnya kasus Covid-19 di Merauke dari hari ke hari. Hingga Rabu 9 Februari 2022 kasus bertambah menjadi 96 kasus.

“Pak Bupati selaku Ketua Satgas Covid Merauke mengambil kebijakan untuk membatalkan pawai budaya, karena kasus bertambah terus,” ucap Wakil Bupati Merauke H. Riduwan, Rabu 9 Februari 2022.

Yang ditakutkan saat ini adalah penularan varian omicron lebih cepat dan tanpa gejala.

Dengan adanya lonjakan Covid di Merauke, pemerintah daerah setempat mengaktifkan kembali Satuan Gugus Tugas (Satgas) Covid-19 yang sebelumnya sempat vakum karena kasus sempat menghilang dan Merauke masuk zona hijau.

“Kita mulai serius lagi untuk menerapkan prokes, melakukan pembatasan sosial dan mendorong terus program vaksinasi,” tuturnya.

Sebagai pemerintah, kata Riduwan pihaknya tetap dalam posisi siaga, baik prokes, siaga rumah sakit, siaga nakes dan juga obat-obatan. Lebih dari itu, diharapkan kesadaran masyarakat untuk benar-benar taat prokes dan membatasi kerumuna

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini