MATA INDONESIA, JAKARTA – Lubang pada lapisan ozon di atas Antartika terus mengalami pemulihan. Berdasarkan hasil penelitian dari Universitas Colorado Boulder, lubang yang menganga di atas Antartika ini perlahan menutup. Pemulihan ini terjadi akibat berkurangnya penggunaan Chlorofluorocarbon (CFC) pada kulkas dan botol spray.
Salah seorang peneliti yang bernama Antara Banerjee mengatakan, untuk penelitian ini pihaknya memakai data dari pengamatan satelit dan simulasi iklim untuk mendeteksi pemulihan ozon. Ia dan rekan-rekannya juga memodelkan perubahan pola angin terkait dengan pemulihan lapisan ozon.
“Kami menemukan tanda perubahan perubahan iklim di belahan Bumi selatan, terutama pada pola sirukulasi aliran udara,” ujarnya melansir laporan dari Nature.
Banerjee juga menyampaikan pemulihan ozon berkat Protokol Montreal yang disepakati secara internasional pada tahun 1987, yang melarang produksi zat perusak ozon, seperti CFC. Kebijakan ini dinilai telah berhasil membalikkan kerusakan yang telah dilakukan manusia terhadap planet bumi.
“Jika kita tetap mematuhi protokol ini maka lubang ozon diproyeksikan untuk pulih. Di beberapa daerah, kami pikir itu mungkin terjadi dalam beberapa dekade mendatang dan di tempat lain jauh di akhir abad ini,” katanya.
Ia memperkirakan kembalinya kondisi ozon seperti tahun 1980-an baru bisa terjadi sekitar 2030 di belahan bumi utara. Sementara untuk belahan bumi selatan pada 2050, dan lapisan ozon di Antartika baru bisa pulih pada akhir 2060-an.
Perbaikan ozon pun ini telah mengubah sirkulasi udara di atmosfer. Hal ini berpengaruh pada temperatur atmosfer, cuaca, tingkat curah hujan, serta dapat menyebabkan perubahan suhu laut dan konsentrasi garam.
Sebelumnya, lubang ozon membuat arus udara yang disebut aliran jet garis lintang di belahan bumi selatan secara bertahap bergeser ke Kutub Selatan sebelum tahun 2000.
Namun, berdasarkan studi yang mereka lakukan, aliran jet ini berhenti sejak 2000 dan bahkan berbalik arah. Berhentinya pergerakan ini dimulai ketika lubang ozon membaik.