MATA INDONESIA, MOSKOW – Jurnalis Rusia yang memprotes kebijakan Presiden Vladimir Putin menginvasi Ukraina memutuskan berhenti dari pekerjaannya. Ia juga menolak tawaran suaka yang diberikan oleh Presiden Prancis, Emmanuel Macron.
Marina Ovsyannikova, seorang editor di televisi Channel One, menerobos masuk ke set berita malam andalannya saat siaran berita berlangsung pada awal pekan lalu. Aksinya itu dikatakannya sebagai bentuk protes terhadap invasi Rusia ke Ukraina.
“Hentikan perang. Tidak untuk berperang,” katanya sambil memegang papan bertuliskan: “Jangan percaya propaganda. Mereka berbohong padamu di sini. Rusia menentang perang.”
Akibatnya, Marina ditahan dan pengadilan Moskow dengan cepat mendendanya senilai 30.000 Rubel atau sekitar 4 juta Rupiah. Tetapi meskipun dibebaskan, ia bisa menghadapi tuntutan lebih lanjut, mempertaruhkan tahun penjara di bawah undang-undang baru yang kejam.
Kepada televisi France 24 dari Moskow, Marina mengatakan ia telah menyerahkan semua dokumen pengunduran dirinya dari Channel One. “Itu prosedur hukum,” kata perempuan yang memiliki dua putra tersebut.
“Tapi kita harus mengakhiri perang saudara ini sehingga kegilaan ini tidak berubah menjadi perang nuklir. Saya berharap ketika putra saya lebih besar, dia akan mengerti mengapa saya melakukan ini,” sambungnya.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, awal pekan ini menawarkan suaka atau bentuk perlindungan konsuler lainnya kepada Marina, dengan mengatakan bahwa dia akan membicarakan kasusnya dengan Presiden Vladimir Putin.
Akan tetapi, kepada Der Spiegel Jerman, Marina menegaskan bahwa ia tidak akan menerima tawaran Presiden Macron dan akan tinggal di Rusia karena ia seorang patriot.
“Saya tidak ingin meninggalkan Rusia. Saya seorang patriot, anak saya terlebih lagi. Kami tidak ingin pergi dengan cara apa pun, kami tidak ingin pergi ke mana pun,” tegasnya, melansir The Guardian.
“Kebanyakan orang yang bekerja untuk televisi pemerintah sangat memahami apa yang sedang terjadi. Mereka tahu betul bahwa mereka melakukan sesuatu yang salah,” ucapnya.
Marina menambahkan bahwa beberapa rekannya juga mengikuti jejaknya, mengundurkan diri. Namun, tidak sedikit yang memutuskan untuk bertahan, meski sebenarnya ingin pergi.
“Saya senang orang-orang menyerahkan surat pengunduran diri mereka tetapi situasi ekonomi sangat sulit dan orang-orang merasa sangat sulit untuk menghentikan pekerjaan mereka,” tuntasnya.