Jenderal Djoko Santoso di Mata Sandiaga Uno

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sandiaga Uno merasa bersedih dan berduka setelah mendengar kabar mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso meninggal dunia pada Minggu 10 Mei 2020 di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.

Di mata Sandi, Djoko Santoso adalah sosok yang baik dan telah memberi banyak pelajaran secara pribadi dan kepada bangsa Indonesia.

“Bapak orang yang sangat baik sekali, dan bapak betul-betul memiliki banyak jasa untuk bangsa ini dan kami dan keluarga. Semua orang tentunya kehilangan bapak,” kata Sandiaga di Jakarta, Minggu.

Sandi mengaku, ia tak akan pernah lupa semua pelajaran selama lima tahun terakhir yang telah diberikan Djoko. Selama bergabung di Gerindra, Sandiaga mengaku mendapatkan banyak nasihat dan petuah untuk menyikapi bagaimana agar setuap orang bisa berkontribusi untuk bangsa ini.

Dalam dunia politik, Sandi dan Djoko bertarung bersama dalam dua momen, yakni Pilgub DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019. Saat itu, terutama pilpres, Djoko adalah Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga.

Nasihat paling berkesan dari almarhum Djoko ke Sandi adalah, Merah Putih yang harus didahulukan dari apa pun. Begitu juga, keadilan dan kebenaran harus menjadi pedoman.

“Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, kami sangat berduka atas berpulangnya kehadirat Allah SWT, bapak jenderal purn Djoko Santoso. Semoga almarhum Husnulkhatimah, semoga diterima di sisi terbaik Allah SWT menerima seluruh ibadahnya, dilapangkan kuburnya, diterangi alam barzah, ditempatkan yang terbaik di sisimu,” ujar Sandiaga.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kemandirian Pangan dan Energi di Papua Menjadi Pilar Strategis Pembangunan Nasional

Oleh: Markus Yikwa *) Agenda kemandirian pangan dan energi kembali menempati posisi sentral dalam arah kebijakanpembangunan nasional. Pemerintah secara konsisten menegaskan bahwa ketahanan negara tidakhanya diukur dari stabilitas politik dan keamanan, tetapi juga dari kemampuan memenuhikebutuhan dasar rakyat secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, Papua ditempatkansebagai salah satu wilayah kunci, baik untuk mewujudkan swasembada pangan maupunmemperkuat fondasi kemandirian energi berbasis sumber daya domestik seperti kelapa sawit. Upaya percepatan swasembada pangan di Papua mencerminkan pendekatan pemerintah yang lebih struktural dan berjangka panjang. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam berbagaikesempatan menekankan bahwa defisit beras di Papua tidak dapat diselesaikan hanya dengandistribusi antarpulau, melainkan harus dijawab melalui peningkatan kapasitas produksi lokal. Dengan kebutuhan beras tahunan yang jauh melampaui produksi eksisting, pemerintah memilihstrategi pencetakan sawah baru secara masif sebagai solusi konkret. Pendekatan ini menunjukkankeberanian negara untuk menyelesaikan masalah dari hulunya, bukan sekadar menambalkekurangan melalui mekanisme pasar jangka pendek. Kebijakan pencetakan sawah baru di Papua, Papua Selatan, dan Papua Barat tidak berdiri sendiri. Pemerintah juga menyiapkan dukungan menyeluruh berupa penyediaan benih unggul, pupuk, pendampingan teknologi, hingga pembangunan infrastruktur irigasi dan akses produksi. Sinergiantara pemerintah pusat dan daerah menjadi prasyarat utama agar program ini tidak berhentisebagai proyek administratif, melainkan benar-benar mengubah struktur ekonomi lokal. Denganproduksi pangan yang tumbuh di wilayahnya sendiri, Papua tidak hanya mengurangiketergantungan pasokan dari luar, tetapi juga membangun basis ekonomi rakyat yang lebihtangguh. Lebih jauh, visi swasembada pangan yang disampaikan Mentan Andi Amran Sulaiman menempatkan kemandirian tiap pulau sebagai fondasi stabilitas nasional....
- Advertisement -

Baca berita yang ini