Jangan Sepelekan Covid19 Jika Tak Ingin Seperti India

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sikap masyarakat dan pemerintah India menghadapi Covid19 membuat Presiden Jokowi serta Menteri Budi Gunadi Sadikin mengingatkan kita semua tidak menyepelekan penyakit itu. Kini rumah sakit di India kewalahan menangani 200 ribu kasus baru per hari.

Dalam pesan yang diterima Mata Indonesia News, Senin 19 April 2021, dua edukator Covid19, Firdza Radiany dan Nesser Ike menyuguhkan fakta kondisi India yang disebut tsunami Covid19 itu akibat menyepelekan penyakit tersebut.

“Sikap terlena dan teledor menjalankan protokol kesehatan (prokes) itu pada akhirnya berujung petaka: tsunami kasus Covid19 di India,” ujar Firdza dan Nesser.

Sikap menyepelekan, terlena dan teledor itu setelah 108 juta penduduk divaksinasi dan kasus di India menurun hingga melandai.

Masyarakat melepas masker dan meninggalkan protokol kesehatan di tataran retorika hingga ritual-ritual yang mengumpulkan massa banyak pun dibiarkan.

Januari 2021, Menteri Kesehatan India, Harsh Vardhan memproklamirkan negara di Asia Selatan itu sudah mencapai herd immunity.

Beberapa perayaan keagamaan dan pertemuan sosial seperti festival Hindu di Kumbh Mela yang mengumpulkan satu juta orang dicurigai sebagai penyumbang tsunami Covid19 tersebut.

Banyak pakar meyakini munculnya tsunami Covid19 tersebut akibat rasa puas diri dengan melandainya kurva penularan dan varian baru akibat mutasi.

Jadi ingat pesan Presiden Jokowi: “Jangan sepelekan Covid19.”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini