MATA INDONESIA, JAKARTA-Pelaku usaha di sektor kelautan dan maritim dimina untuk tetap menjaga ekosistem laut di Tanah Air, yang menyimpan potensi ekonomi sangat besar.
Pasalnya, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pemilik ekosistem terumbu karang terbesar di dunia.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Andreas Hutahaen, mengatakan Indonesia bersama dengan Papua Nugini dan Filipina mempunyai coral triangle region yang memiliki sekitar 80 persen populasi terumbu karang dunia.
Andreas menilai, ekosistem terumbu karang juga memainkan peran penting untuk percepatan pemulihan ekonomi nasional, dengan potensi pendapatan mencapai 1 triliun US dolar, atau setara Rp 14.800 triliun (kurs Rp 14.800 per dolar AS) per tahun.
Masalahnya, ia menambahkan, dunia saat ini butuh aksi cepat guna mengurangi percepatan kerusakan ekosistem terumbu karang akibat faktor lingkungan dan cuaca.
“Namun kita menghadapi tantangan. Sebuah kajian mengejutkan kami, bahwa di 2050 kalau tidak ada aksi penyelamatan, ekosistem terumbu karang akan hilang,” katanya.
“Dengan angka tersebut, kita punya amanah untuk menjaga, melestarikan biota laut, dan memitigasi perubahan iklim,” dia menambahkan.
Mengantisipasi hal tersebut, pemerintah melalui program Indonesia Coral Reef Garden (ICRG) mengusung tiga pilar penyelamatan.
Antara lain, inovasi dan penelitian, pemeliharaan dan transplatasi, serta pemberdayaan sumber daya manusia dan ekonomi kreatif.
“Banyak orang tergantung pada ekosistem ini. Tapi mereka punya keterbatasan akses ke pendapatan potensial lain, atau ekonomi kreatif yang bisa menjaga ekosistem terumbu karang,” katanya.