MINEWS.ID, JAKARTA – Sentimen rasis dikembangkan masyarakat Wamena pascakerusuhan anarkis membuat warga pendatang serta ratusan dokter ketakutan dan ingin eksodus keluar dari kota itu atau kembali ke kampung halamannya.
“Sekitar 900 -an orang dari 327 kepala keluarga, sekarang semua berusaha menyelamatkan diri di tenda pengungsian. Tempat usaha dan harta benda mereka di Papua sudah habis,” kata Ketua Ikatan Keluarga Minang (IKM) Papua, Zulhendri Sikumbang, Kamis 26 September 2019.
Sementara kehidupan mereka di tenda-tenda pengungsian juga sangat berat, terutama untuk mereka yang memiliki bayi dan anak kecil. Pendidikan anak-anak mereka pun terlantar.
Zulhendri mengaku sudah mencoba berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, namun keinginannya pulang kampung ditanggung pemerintah itu tidak bisa terwujud karena jumlah mereka dinilai sangat banyak sehingga membutuhkan dana sangat besar untuk kembali ke Padang.
Maka, Zulhendri berharap warga Minang di kampung halamannya bisa ikut membantu mereka pulang dari Wamena.
Bukan hanya warga Minang, para dokter yang bertugas di kota itu juga ketakutan. Yakni pasca seorang dokter bernama Soeko Marsetiyo tewas karena dianiaya para pengunjuk rasa.
Demo anarkis yang terjadi di Wamena, Senin 23 September 2019, menghilangkan 30 nyawa dan sekitar 70 warga masyarakat mengalami luka-luka serta ratusan bangunan baik milik pemerintah maupun swasta dibakar dan dirusak.