MATA INDONESIA, WINA – Iran dan kekuatan dunia (Cina, Rusia, Inggris, Prancis, dan Jerman) mengadakan dialog konstruktif pada Selasa (6/5). Mereka sepakat membentuk kelompok kerja untuk membahas pencabutan sanksi Amerika Serikat dan pembatasan nuklir demi menghidupkan kembali Pakta Nuklir 2015.
Dialog tersebut termasuk pertemuan pihak-pihak yang tersisa dari kesepakatan awal, yakni: Iran, Inggris, China, Prancis, Jerman, dan Rusia dalam kelompok yang disebut Komisi Gabungan yang diketuai oleh Uni Eropa. Sementara AS tidak hadir.
Baik Washington maupun Teheran sejatinya tidak mengharapkan adanya terobosan dalam waktu cepat dari dialog tersebut. Akan tetapi, Uni Eropa menggambarkan dialog tersebut merupakan awal yang positif.
“Rapat Komisi Bersama yang Konstruktif. Ada persatuan dan ambisi untuk proses diplomatik bersama dengan dua kelompok ahli tentang implementasi nuklir dan pencabutan sanksi terhadap Iran,” kata Kepala Koordinator Uni Eropa, Enrique Mora di Twitter, melansir Reuters, Rabu, 7 April 2021.
“Saya akan mengintensifkan kontak terpisah di sini, di Wina dengan semua pihak terkait, termasuk AS,” tambah Enrique Mora.
Kedua kelompok tingkat ahli telah diberi tugas untuk menggabungkan daftar sanksi yang dapat dicabut AS dengan kewajiban nuklir yang harus dipenuhi Iran, dan melaporkan kembali ketika Komisi Gabungan akan kembali bertemu.
“Pembicaraan di Wina konstruktif … pertemuan kami berikutnya akan dilakukan pada Jumat,” kata kepala perunding nuklir Iran, Abbas Araqchi kepada televisi pemerintah Iran.
“Ini adalah langkah yang disambut baik, ini adalah langkah yang konstruktif, ini adalah langkah yang berpotensi berguna,” juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price mengatakan kepada wartawan di Washington.
Resolusi masalah nuklir dapat membantu meredakan ketegangan di Timur Tengah, terutama antara Iran dan Israel serta dengan sekutu Arab Sunni AS seperti Arab Saudi yang takut kemungkinan Iran Syiah mendapatkan senjata nuklir.
Dalam kemungkinan tanda ketegangan seperti itu, sebuah kapal kargo Iran diserang di Laut Merah, Al Arabiya TV melaporkan, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, dan kantor berita semi-resmi Iran Tasnim mengatakan kapal itu menjadi sasaran ranjau limpet.
Al Arabiya mengutip sumbernya yang mengatakan kapal itu diserang di Eritrea dan berafiliasi dengan Pengawal Revolusi Iran, tetapi tidak memberikan bukti untuk mendukung pernyataan tersebut. Berbicara tanpa menyebut nama, pejabat AS mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak melakukan serangan semacam itu.