Intelijen AS: 4 Negara Ini Lebih Mengancam Ketimbang Afghanistan

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Seorang pejabat tinggi intelijen Amerika Serikat (AS), mengatakan bahwa Afghanistan sejatinya bukanlah ancaman terorisme yang mengkhawatirkan untuk Paman Sam, bahkan setelah pengambilalihan oleh Taliban.

Penarikan pasukan AS dari Afghanistan dan runtuhnya pemerintah yang didukung AS telah menciptakan tantangan untuk mengumpulkan intelijen di negara itu, kata Avril D. Haines, direktur intelijen nasional.

Akan tetapi, Avril menegaskan bahwa Afghanistan bukanlah ancaman terorisme global utama yang dihadapi Amerika Serikat. Yaman, Somalia, Suriah, dan Irak, merupakan sederet negara yang dianggap sebagai ancaman serius bagi AS.

“Dalam hal tanah air, ancaman sekarang dari kelompok teroris, kami tidak memprioritaskan Afghanistan di daftar teratas. Apa yang kami lihat adalah Yaman, Somalia, Suriah, dan Irak untuk ISIS. Dan di situlah kami melihat ancaman terbesar,” tutur Avril D. Haines, melansir The New York Times, Selasa, 14 September 2021.

Yaman adalah basis untuk cabang Al Qaeda yang telah mencoba menyerang AS. Sementara Somalia memiliki Al Shabab, sebuah kelompok teroris yang secara teratur menyerang negara tetangga Kenya. Meskipun berkurang, ISIS masih beroperasi di Suriah dan telah meningkatkan serangan di Irak.

Jauh sebelum penarikan pasukan AS di Afghanistan, pejabat pemerintahan Biden mengatakan bahwa bagian dari Timur Tengah dan Afrika merupakan ancaman teroris yang lebih mendesak daripada Afghanistan.

Mereka membuat argumen sebelum runtuhnya pemerintah Afghanistan secara mendadak. Sejak pengambilalihan Taliban bulan lalu, para pejabat militer mengatakan Al Qaeda mungkin dapat membangun kembali kehadirannya di Afghanistan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Para pejabat intelijen mengatakan ancaman paling langsung di Afghanistan adalah dari afiliasi ISIS di negara itu, yang melakukan bom bunuh diri dan menewaskan puluhan warga Afghanistan dan 13 anggota militer AS di luar Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul pada 26 Agustus.

Sementara Haines tidak memberikan penilaian apa pun terhadap kelompok-kelompok yang beroperasi di dalam Afghanistan, dia mengatakan bahwa fokus besar dari badan-badan yang ia awasi adalah memantau setiap kemungkinan pembentukan kembali organisasi teroris.

“Itu adalah sesuatu yang harus kita persiapkan dan yang telah kita persiapkan, sejujurnya, cukup lama,” kata Haines melalui konferensi video pada KTT Intelijen dan Keamanan Nasional tahunan seraya mengakui bahwa tanpa pasukan Amerika di lapangan, pengumpulan intelijen di Afghanistan akan berkurang.

 “Itu adalah sesuatu yang juga kami pantau dan lawan sehingga kami benar-benar dapat mencoba mengurangi kebencian dan kekerasan, terus terang, terorisme itu didasarkan dan konsekuensi tragis yang ditimbulkannya bagi masyarakat kita,” tuntasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Transformasi Ekonomi Indonesia: Swasembada Pangan dan Energi Jadi Prioritas Strategis

Di tengah kompleksitas situasi geopolitik dunia yang terus berkembang, Indonesia memposisikan program kemandirian pangan dan energi sebagai prioritas strategisnasional. Pemerintah menunjukkan keseriusan dalam memperkuat sektor pertanian dan energi terbarukan, sebagai bagian dari transformasi ekonomi menuju kemandirian dan penciptaan lapangan kerja berkelanjutan. Transformasi ekonomi Indonesia melalui program swasembada pangan dan energimerupakan wujud nyata dari cita-cita kemandirian bangsa yang telah lama didambakansejak era kemerdekaan. Program strategis ini tidak hanya bertujuan mengurangiketergantungan impor, tetapi juga menghidupkan kembali semangat berdikari yang menjadi fondasi kedaulatan nasional Indonesia.  Dalam konteks kemandirian bangsa, swasembada pangan dan energi menjadi pilar utama yang menentukan kemampuan Indonesia untuk berdiri tegak di tengah dinamikaglobal yang penuh ketidakpastian.  Swasembada bukan tujuan jangka pendek, tetapi fondasi kemandirian nasional. Pemerintah terus membangun visi jangka panjang yang mencakup ketahanan logistik, kedaulatan ekonomi, dan stabilitas nasional. Perspektif ini menegaskan bahwa program swasembada harus dipahami sebagai investasi strategis untuk generasi mendatang. Peter Abdullah, Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute, memberikan perspektif mendalam mengenai pentingnya transformasi struktural ini bagimasa depan bangsa Indonesia. Menurut Peter Abdullah, upaya pemerintah untuk mewujudkan kemandirian bangsamelalui swasembada pangan dan energi merupakan langkah strategis dalammemperkuat ketahanan nasional, baik dalam situasi damai maupun krisis global. Pandangan ini menegaskan bahwa program swasembada bukan sekadar target produksi, melainkan investasi jangka panjang untuk stabilitas negara.  Ketahanan pangan dan energi bukan semata isu ekonomi, melainkan bagian daripertahanan negara. Dalam konteks ini, pemerintah mendorong penguatan sektordomestik agar Indonesia tidak bergantung pada impor dalam kondisi darurat. Strategi ini menjadi semakin relevan mengingat berbagai gejolak geopolitik yang kerapmempengaruhi rantai pasokan global. Peter Abdullah melihat upaya ini sebagaimomentum penting untuk mengubah paradigma pembangunan yang selama ini terlalubergantung pada sektor ekstraktif dan impor. Fokus pada transformasi ekonomi ini tidak hanya bertujuan mencapai swasembada, tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih resilient dan inklusif. Denganmemperkuat fondasi domestik, Indonesia diharapkan dapat mengurangi kerentananterhadap fluktuasi harga komoditas global dan shock ekonomi eksternal. Peningkatan produktivitas menjadi fokus utama dalam roadmap swasembada nasional. Pemerintah mulai membenahi sistem insentif agar petani memperoleh keuntungan yang layak, sekaligus menarik generasi muda kembali ke sektor pertanian. Langkah inidipandang krusial mengingat tantangan regenerasi yang dihadapi sektor pertanianIndonesia. Pemerintah mengedepankan keseimbangan antara harga yang terjangkau bagikonsumen dan pendapatan yang memadai bagi petani. Strategi ini diharapkan dapatmeningkatkan daya beli masyarakat perdesaan dan mendorong pertumbuhan ekonominasional yang lebih merata. Dukungan terhadap komoditas unggulan seperti beras terus diperkuat dalam program swasembada nasional. Pemerintah melihat potensi besar untuk mencapai swasembada, mengingat kapasitas panen Indonesia yang lebih tinggi dibanding negara-negara maju. Optimisme ini didukung oleh kondisi geografis dan iklim Indonesia yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini