MATA INDONESIA, DUBAI – Iran menyalahkan musuh bebuyutan, Israel atas insiden di situs nuklir Natanz. Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif menegaskan bahwa Teheran akan membalas dendam atas apa yang dilakukan Israel.
Otoritas Iran menggambarkan insiden tersebut sebagai tindakan terorisme nuklir dan berhak untuk mengambil tindakan terhadap para pelakunya. Zarif mengungkapkan, apa yang dilakukan Israel tak lain karena kemajuan teknologi nuklir Iran.
“Zionis ingin membalas dendam karena kemajuan kami dalam cara mencabut sanksi … mereka secara terbuka mengatakan bahwa mereka tidak akan mengizinkan ini, tetapi kami akan membalas dendam kami dari Zionis,” kata Menlu Iran, Mohammad Javad Zarif, melansir Reuters, Senin, 12 April 2021.
Beberapa outlet media Israel mengutip berbagai sumber intelijen dan mengatakan bahwa layanan spionase Mossad berhasil melakukan operasi sabotase di situs Natanz yang berpotensi menghentikan pekerjaan pengayaan di sana selama berbulan-bulan.
Situs pengayaan uranium Natanz – yang mayoritas berada di bawah tanah, adalah salah satu dari beberapa fasilitas Iran yang dipantau oleh inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) – pengawas nuklir PBB.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh mengatakan pada konferensi pers bahwa insiden Natanz dapat dianggap sebagai tindakan terhadap kemanusiaan.
“Pakar nuklir kami sedang menilai kerusakan tetapi saya dapat meyakinkan Anda bahwa Iran akan mengganti sentrifugal pengayaan uranium yang rusak di Natanz dengan yang canggih,” tutur Khatibzadeh.
Sebuah masalah kelistrikan dilaporkan terjadi di situs nuklir Natanz milik Teheran pada Sabtu (10/4). Insiden terjadi satu hari usai Iran meluncurkan alat centrifuge terbaru untuk meningkatkan pengayaan uranium.
Ini merupakan insiden terbaru yang melanda salah satu situs nuklir Iran di tengah negosiasi perjanjian nuklir 2015 dengan sejumlah negara-negara besar. Tahun lalu, kebakaran melanda fasilitas nuklir Natanz. Pemerintah Iran menyebut kebakaran tersebut merupakan bagian dari sabotase pihak tertentu.
Negara yang dipimpin oleh Presiden Hassan Rouhani itu berulang kali menegaskan bahwa program nuklirnya tidak ditujukan untuk membuat senjata, melainkan hanya demi kepentingan energi nasional.