MATAINDONESIA, JAKARTA – Pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto pada Sabtu 14 Juli 2019 kemarin, ternyata membuat ‘baper’ semua pihak. Yang dimaksud baper di sini adalah ada yang menyambut positif, ada pula yang masih belum sembuh dari penyakit ‘nyinyir-nya’.
Toh, masyarakat Indonesia pun sekarang sudah bisa berpikir dengan akal sehat dan bisa membedakan mana yang benar-benar dewasa dalam berpolitik, dan ‘penyusup’ untuk merusak persatuan NKRI.
Jika ada yang masih tetap menolak perdamaian ini, maka mereka patut dibaca sebagai pihak-pihak yang punya kepentingan berbeda dan tidak murni politik.
Apalagi, baik Jokowi dan Prabowo dinilai paham bahwa politik, sekeras apapun itu gesekannya harus berakhir damai, demi kemajuan Indonesia. Siapa sih mereka sebenarnya?
Dirangkum dari pelbagai sumber, berikut sejumlah pihak yang masih ‘baper’ dan nyinyir karena gak suka melihat Indonesia bersatu:
1.Novel Bakmumin
Juru bicara Alumni Persaudaraan atau PA 212 ini menolak rekonsiliasi antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Bahkan dirinya menyebut Prabowo lebih banyak mendengar masukan dari orang-orang terdekat yang jadi pengkhianat.
2.Amien Rais
Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais lebih menginginkan Prabowo berada di luar pemerintahan Jokowi. Ia pun mengaku tidak tahu jika ada pertemuan tersebut. Jika koalisi pengusung Prabowo-Sandiaga bergabung ke pemerintahan Jokowi, Amien menyebut sebagai pertanda matinya demokrasi.
3.Mardani Ali Sera
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyayangkan Prabowo tidak menyerukan sikap sebagai oposisi saat bertemu Jokowi. “Pertemuan antar-pemimpin membawa kesejukan. Dan akan baik jika Pak Prabowo menyatakan #KamiOposisi,” kata Mardani.
Kata dia, jika pertemuan tidak diikuti dengan deklarasi #KamiOposisi, akan membuat kekecewaan pendukung.
4.FPI Dkk
Novel Bakmumin mengatakan tak cuma PA 212 yang menolak rekonsiliasi ini. Tapi juga ada Gerakan Nasional Pengawas Fatwa Ulama, Front Pembela Islam, dan Forum Umat Islam.