MINEWS, JAKARTA-Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno angkat bicara terkait uji coba sistem 2-1 di Puncak, Bogor. Menurutnya, sistem tersebut tetap saja membuat kemacetan.
Permasalahan di Puncak kata dia, berkutat pada dua hal yaitu kapasitas jalan yang tidak bertambah dan populasi kendaraan yang terus meningkat.
“Ini kan hanya soal manajemen saja. Mau dipilih yang mana. Kapasitas jalan tidak bertambah, populasi kendaraan yang lewat selalu bertambah dan tidak berkurang,” kata Djoko kepada wartawan.
Djoko mengatakan pilihan untuk mengurangi macet adalah melakukan pengalihan arus atau membatasi kendaraan pribadi. Dia menuturkan sistem sebelumnya one way, awalnya bisa membantu, namun populasi kendaraan terus bertambah.
Dia mengakui sudah ada upaya untuk mengurangi penggunaan pribadi melalui rute langsung Blok-Puncak. Meski demikian, ada masalah sosial di masyarakat setempat terkait bisnis lahan parkir yang terganggu akibat rute tersebut.
Sebelumnya, beragam masalah ditemukan saat penerapan uji coba sistem 2-1 di jalur Puncak, Kabupaten Bogor. Kemacetan pun masih menghantui.
Sekretaris Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Hindro Surahmat mengatakan Pasar Cisarua menjadi titik paling krusial. Sebab lokasi tersebut menjadi penyebab kemacetan panjang.
“Kita mutar dari Taman Safari Indonesia (TSI) sudah macet. Jarak TSI ke Pasar Cisarua sekitar 2 kilometer, ditempuh 1 jam lebih. Sekitar 2 jam sampai sini (TMC Gadog),” kata Hindro.
PKL di sekitar Pasar Cisarua, disebut Hindro, sampai memakan bahu jalan. Selain itu, parkir liar membuat kondisi semakin semrawut.
“Kapasitas jalan tidak maksimal. Terus ada penyempitan, yang dari dua menjadi satu lajur. Itu sangat mengganggu. Apalagi dari dua ke satu, posisinya di Pasar Cisarua. Itu makin crowded, titik krusial (kemacetan),” katanya.