Ini Jawaban Kalau Ditanya Soal Varian Omicron

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTAWorld Health Organization (WHO) mengumumkan bahwa Omicron, varian baru virus corona, berpotensi menimbulkan lonjakan penularan di seluruh dunia.

Untuk pertama kalinya, WHO melaporkan bahwa Omicron berasal dari Afrika Selatan pada 24 November 2021. Dua hari setelahnya, tim peneliti independen Technical Advisory Group on SARS-COV-2 Virus Evolution (TAG-VE) melakukan penelitian dan memasukkan varian baru tersebut dengan kode B.1.1.529 ke dalam kategori Variant of Concern (VOC), dan menamainya dengan Omicron.

Berbeda dengan varian virus covid-19 lain yang butuh waktu berbulan-bulan untuk masuk dalam kategori VOC. Tim peneliti hanya membutuhkan waktu 17 hari untuk menetapkan Omicron ke dalam kategori VOC. Waktu yang tergolong cepat.

Sebagai informasi, VOC merupakan kategori varian virus covid-19 dengan gejala penyakit yang tinggi. Selain itu penularan juga tinggi, memengaruhi kinerja vaksin. Dan juga memiliki risiko penginfeksian kembali.

Sebelumnya, sudah ada beberapa varian virus covid-19 yang masuk ke dalam kategori ini, di antaranya adalah Alpha (dari Inggris), Beta (dari Afrika Selatan), Gamma (dari Brazil), dan Delta (dari India).

WHO juga menyebutkan bahwa varian baru ini telah mengalami banyak mutasi. Sehingga  menimbulkan penginfeksian kembali.

Direktur WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa perlunya usaha global untuk mengirimkan vaksin-vaksin ke negara-negara miskin. Terutama yang memiliki keterbatasan stok vaksin. Meskipun belum ada kasus kematian yang diakibatkan dari varian Omicron.

Ia mengatakan, saat ini para ilmuwan dunia sedang bekerja untuk menemukan keterkaitan Omicron dengan penularan yang lebih tinggi, risiko penginfeksian kembali, dan reaksinya terhadap vaksin.

Perbedaan Varian Omicron dengan Varian Lain

Varian Omicorn ini memiliki bentuk tonjolan yang menyerupai sebuah paku. Bagian inilah yang berfungsi untuk mengikatkan selnya pada tubuh manusia. Varian ini memiliki sekitar 30 mutasi yang terjadi pada protein spike.

Prof Tjandra Yoga Aditama, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan bahwa Omicron memiliki jumlah mutasi terbanyak daripada varian-varian lainnya.

Kemudian, ada yang meyakini bahwa vaksin sudah tidak akan dapat bekerja lagi di dalam tubuh jika seseorang terinfeksi varian Omicron. Namun, hingga saat ini masih belum diketahui apakah mutasi protein spike yang ada pada Omicron dapat mempengaruhi kinerja vaksin.

Apakah Lebih Ganas?

Prof I Gusti Ngurah Kadek, ahli virus dari Universitas Udhayana, menjelaskan belum ada data klinis mengenai gejala yang dialami pasien varian Omicron.

Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan, juga mengatakan jika sejauh ini belum ada konfirmasi mengenai dampak dari Omicron dan para peneliti masih terus melakukan penelitan.

Menurut Kementerian Kesehatan, terdapat 128 kasus di sembilan negara yang terkonfirmasi varian Omicron. Sembilan negara tersebut di antaranya adalah sebagian negara bagian Afrika Selatan, Inggris, Belgia, Italia, dan Hongkong.

Sementara, ada empat negara yang masih masuk dalam kategori “kemungkinan” terkonfirmasi. Empat negara tersebut antara lain Belanda, Jerman, dan negara-negara lain di Eropa.

Langkah Pemerintah

Adanya varian Omicron membuat pemerintah memiliki kebijakan untuk melarang WNA yang memiliki riwayat perjalanan dari Hong Kong dan sejumlah negara di Afrika bagian selatan (Afrika Selatan, Namibia, Bostwana, Zimbabwe, Mozambique, Lesotho, Migeria, dan Eswatini) masuk wilayah Indonesia.

Arya Pradhana Anggakara, juru bicara Ditjen Imigrasi mengatakan jika ada WNA yang datang ke Indonesia dengan riwayat perjalanan ke negara-negara tersebut dalam kurun waktu 14 hari ke belakang, maka akan langsung mendapat penolakan masuk oleh Tempat Pemeriksaan Imigrasi Indonesia.

Kemudian, bagi WNI yang pernah melakukan kunjungan ke negara-negara tersebut selama 14 hari, maka wajib melakukan karantina selama 14×24 jam dengan dua kali tes PCR.

Tak hanya itu, pemerintah juga menghentikan sementara pemberian visa kunjungan dan visa tinggal terbatas bagi warga negara-negara tersebut.

Mengapa Varian Baru Covid-19 Terus Bermunculan?

Kemunculan varian baru covid-19 menjadi pertanda bahwa pandemi belum sepenuhnya pulih. Diah Saminarsih, Penasihat senior Direktur Jenderal WHO, mengatakan rendahnya tingkat vaksinasi memberikan peluang besar pembenttukan virus varian baru.

Per 27 September, tercatat cakupan vaksin di Indonesia baru mencapai 44,97%. Kondisi ini masih belum cukup aman untuk mencegah penularan Omicron.

Virus covid-19 juga akan bermutasi selamanya, seperti Flu Spayol yang pernah terjadi 100 tahun silam.

Prof Kadek Mahardika mengatakan, bisa saja kelak covid-19 memiliki akhiran yang sama seperti flu Spanyol, yang berakhir karena adanya mutasi virus.

Permutasian virus ini menjadikan virus sebagai “virus musiman”. Dan jika ini memang benar terjadi, maka ini menjadi tanda akhir dari pandemi covid-19.

Reporter: Intan Nadhira Safitri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini