MATA INDONESIA, JAKARTA – Darul Arqam mungkin sudah tidak ada lagi di negara tempat lahirnya, Malaysia maupun Indonesia.
Tetapi Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi, pendirinya, sudah lebih dahulu mengembangkan ajaran-ajarannya yang dianggap sesat di kedua negara tersebut melalui sejumlah bisnis yang kini bernama Rufaqa Corporation Sdn Bhd.
Tidak diketahui pasti nilai bisnisnya, tetapi dikabarkan memiliki ratusan cabang di manca negara, lima benua.
Indonesia dan Thailand dikabarkan juga menjadi negara tempat Abuya Ashaari mengembangkan bisnisnya.
Darul Arqam selama ini identik dengan pengajian yang mensyaratkan anggotanya menyerahkan seluruh harta bendanya.
Saat Pemerintah Malaysia membubarkannya pada 1994 seluruh aset dari anggota yang telah menyumbang sukarela tersebut pun ikut disita.
Namun, hanya dalam waktu dua tahun berdirilah Rufaqa Coporation di Cina dan India yang mayoritas penduduknya bukan orang Islam.
Salah satu contoh dari 500 bisnis Rufaqa adalah Bandar Islam Country Homes di Rawang, Selangor.
Itu adalah semacam resort atau wilayah yang terdiri dari berbagai fasilitas mewah seperti sekolah, hingga homestay berharga fantastis.
Namun, jika mengetahui lebih jauh lagi, Rufaqa terdiri dari berbagai bisnis mulai dari retail, jaringan supermarket, general trading, dan pendidikan.
Selain itu, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, kebudayaan, production house, entertainment, audio video, desktop publishing, maupun tour and travel.
Ada juga bisnis restaurant & café, general construction & pertamanan, klinik, toko obat, industri herbal, industri makanan dan lain-lain.
Seorang Warga Negara Malaysia bernama Dr. Zahir Zainuddin pernah berkunjung ke Kawasan Rufaqa dan menceritakan di blog pribadinya.
Menurut Zahir, konsep bisnis di kawasan Rufaqa dilengkapi banyak fasilitas seperti pasar, warung kopi, bengkel mobil, biro perjalanan hingga tempat cukup rambut.
Zahir yang menginap di Rufaqa Inn mengaku terkejut ketika mengetahui prinsip bisnis mereka memenuhi kebutuhan umat dan tidak membebankannya.
Transaksi bisnisnya dilakukan dengan sukarela tidak tarif baku.
Jika konsumen benar-benar tidak memiliki uang bahkan bebaskan dari membayar makanan atau barang yang diinginkan.
Maka, kita akan sulit melihat Rufaqa sebagai perusahaan yang bergelimbang uang dan harta.
Meski begitu, Rufaqa bukan perusahaan yang menaruh hormat kepada penguasa, terbukti tidak ada gambar perdana menteri hingga presiden maupun raja yang dipasang di gedung-gedung mereka.