MATA INDONESIA, JAKARTA – Baru-baru ini ramai di sosial media seorang pendaki wanita yang memetik bunga Edelweis saat naik ke Gunung Lawu. Pendaki itu kedapatan memetik bunga abadi itu yang jelas-jelas sudah dilarang oleh pemerintah.
Bunga Edelweis yang memiliki nama latin Anaphalis Javanica memang tumbuh di pegunungan. Biasanya kamu bisa menemukan bunga ini di Gunung Gede Pangrango, Semeru, Sindoro, Papandayan, dan Merbabu.
Pesona dan keindahan bunga Edelweis mudah membuat para pendaki yang melihatnya kepincut. Selain keindahannya, julukan bungan abadi yang melekat pada bunga edelweis membuat banyak pendaki penasaran dan memetik bunga itu.
Lantas, kenapa sih bunga Edelweis disebut dengan bunga abadi?
Keberadaan bunga Edelweis sudah ada sejak 200 tahun yang lalu. Bunga itu pertama kali ditemukan oleh naturalis Jerman bernama Georg Carl Reinwardt. Kabarnya, Georg menemukan bunga itu pertama kali pada tahun 1819 di lereng Gunung Gede, Jawa Barat.
Bunga Edelweis memiliki waktu mekar yang lama, yakni 10 tahun. Hormon etilen yang terdapat pada bunga Edelweis bisa mencegah kerontokan pada kelopak bunga dalam waktu yang lama. Oleh sebab itulah, bunga Edelweis dijuluki sebagai bunga abadi karena bisa mekar hingga 10 tahun.
Tak hanya bisa mekar selama 10 tahun, bunga Edelweis juga bisa dikenal memiliki cara bertahan hidup yang kuat. Bunga ini bisa bertahan hidup meski di tanah yang tandus sekalipun.
Bunga Edelweis biasanya memiliki waktu mekar pada bulan April hingga Agustus setiap tahunnya. Bunga ini dikenal mekar pada saat waktu musim hujan telah berakhir.
Sayangnya, kini keberadaan bunga abadi ini tengah terancam. Populasinya semakin sedikit lantaran kerap dipetik oleh para pendaki yang tak bertanggung jawab. Maka dari itulah, negara sangat melarang para pendaki untuk memetik bunga abadi ini saat tengah mendaki gunung.