Ini 5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Salat Tarawih

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Ada 5 hal yang sering kita temukan dalam salat Tarawih, namun ternyata hal-hal tersebut keliru jika dilakukan.

Dikutip dari Rumaysho.com, Jumat, 17 Mei 2019, berikut 5 kesalahan yang sering ditemukan dalam salat Tarawih.

1) Dzikir berjama’ah di antara sela-sela salat Tarawih dan ba’da Witir

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah berkata, “Tidak diperbolehkan para jama’ah membaca dzikir secara berjama’ah. Akan tetapi yang tepat adalah setiap orang membaca dzikir sendiri-sendiri tanpa dikomandoi oleh yang lain. Karena dzikir secara berjama’ah (bersama-sama) adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya dalam syari’at Islam yang suci ini”. (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 11:190)

2) Melafazkan niat selepas salat Tarawih

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Tidaklah sah puasa seseorang kecuali dengan niat. Letak niat adalah dalam hati, tidak disyaratkan untuk diucapkan dan pendapat ini tidak terdapat perselisihan di antara para ulama.” (Raudhah Ath-Thalibin, 1:268).

3) Memanggil jama’ah dengan ‘ash sholaatul jaami’ah’

Tidak ada tuntunan untuk memanggil jama’ah dengan ucapan ‘ash sholaatul jaami’ah’. Ini termasuk perkara yang diada-adakan, sebagaimana pendapat menurut ulama Hambali. (Lihat Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 27:140).

4) Mengkhususkan dzikir atau doa tertentu antara sela-sela duduk salat Tarawih

Tidak ada dalil yang mendukungnya. Demikian pendapat ulama Hambali. (Lihat Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 27:144).

5) Ada doa antara salat Tarawih yang dua atau empat raka’at seperti berikut: ASYHADU ALLA ILAAHA ILLALLAH WA ASTAGHFIRULLAH WA AS-ALUKAL JANNAH WA A’UDZU BIKA MINAN NAAR

Asal haditsnya berikut ini, “Perbanyaklah melakukan 4 hal dalam bulan Ramadan. Dengan dua hal, kalian akan mendapatkan ridha dari Rabb kalian; dua hal lainnya sangat kalian butuhkan. Dua hal, yang dengannya kalian mendapatkan ridha Rabb kalian, adalah syahadat Laa ilaaha illallaah dan beristigfar kepada-Nya. Adapun dua hal yang sangat kalian butuhkan adalah kalian meminta surga dan memohon perlindungan dari neraka.”

Dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah, “Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Muhamili dalam Al-Amali (jilid 5, no.50) dan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya (no. 1887). Ibnu Khuzaimah berkomentar, ‘Andaikan shahih, bisa menjadi dalil.’ Juga diriwayatkan oleh Al-Wahidi dalam Al-Wasith (1: 640). Sanad hadits ini dha’if karena adanya sanad dari ‘Ali bin Zaid bin Jada’an, dari Sa’id bin Al-Musayyib, dari Salman Al-Farisi, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hari terakhir dari bulan Sya’ban, lantas disebutkan hadits tersebut. ‘Ali bin Zaid bin Jada’an itu dha’if, sebagaimana keterangan Imam Ahmad dan yang lainnya. Imam Ibnu Khuzaimah telah menjelaskan, ‘Saya tidak menjadikan perawi ini sebagai dalil, karena hafalannya jelek.’” (Silsilah Al-Ahadits Adh-Dhaifah, 2: 263)

Konteks hadits secara lebih lengkap memang membicarakan tentang bulan Ramadhan. Namun dzikir di atas tidak disebutkan secara khusus untuk salat Tarawih. Sehingga mengkhususkan untuk dzikir salat Tarawih saja adalah sesuatu yang mengada-ada. Silakan lihat hadits secara lengkap dalam Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah no. 871 karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah. Apalagi dilihat dari kesimpulan, hadits tersebut munkar, atau masuk golongan hadits yang lemah. Menurut pendapat paling kuat, hadits lemah tidak bisa diamalkan.

Berita Terbaru

Semua Pihak Perlu Bersinergi Wujudkan Pilkada Damai

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pilkada tidak hanya sekadar agenda politik,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini