Ingin Naik ke Puncak Everest, Syaratnya Kini Pendaki Wajib Punya Surat Dokter

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Puncak Everest memang selalu menjadi tujuan utama para pendaki di dunia. Walau diselimuti cuaca ekstrem dan tipis oksigen karena berada di ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut tak menyurutkan asa menjejakkan kaki di tanah terdekat dari langit itu

Kendati, ambisi ini nyatanya tak selalu berujung cerita manis. Sudah lama sejak wilayah sekitar puncak gunung disebut Sagarmatha oleh warga Nepal ini menjelma sebagai kuburan massal, di mana sekian banyak jenazah biasanya masih berpakaian lengkap bak pendaki tertidur beralas selimut salju.

melansir laman South Morning China Post, Rabu, 19 Februari 2020, sebagai langkah pencegahan, Global Rescue menentukan, demi naik ke puncak Everest maupun gunung lain di Nepal, pendaki membutuhkan keterangan kesehatan resmi dari dokter.

Langkah ini merupakan respons kondisi tahun lalu di mana sekian banyak orang meninggal di Everest dan tak sedikit pula yang terjebak macet karena terlalu banyak orang. Belajar dari situ, Spesialis Operasional Senior Global Rescue Matt Napiltonia bertemu dengan perwakilan pemerintah dan para dokter.

“Dari yang saya pahami, mereka (pendaki Everest) telah berusaha dan melakukan yang terbaik. Tapi, keraguan pada ketentuan siapa yang boleh mendaki dan dalam kondisi apa membuat pemerintah Nepal harus ambil sikap,” katanya.

Matt mengatakan, pertemuan demi pertemuan yang dilakukan menghasilkan keputusan, pemerintah Nepal bakal menugaskan dokter mengukur apakah seseorang boleh atau tidak naik ke puncak Everest berdasarkan kondisi kesehatan mereka yang bakal mulai efektif per 1 April 2020.

Peraturan tersebut sengaja diefektifkan mengantisipasi musim pendakian Everest yang biasanya jatuh setiap musim semi. Kebanyakan pendaki menjadwalkan sampai ke puncak pada awal Mei. Hal ini didasarkan pada pendaftaran yang sudah dilakukan sekian banyak pendaki.

“Saya pikir, keputusan ini baru benar-benar akan terlihat tahun depan setelah dilakukan evaluasi selama setahun,” kata Matt.

Ia menambahkan, sebenarnya bila pendaki punya uang lebih, ada penyedia jasa yang bakal dengan aman memastikan Anda melakukan perjalanan, walau tak berambisi sampai puncak.

“Sampai ke puncak atau tidak sebenarnya tanggung jawab pribadi. Tapi, kadang mereka jadi egois dan bila jalan dalam satu grup, sangat mungkin merugikan orang lain,” katanya.

Pemeriksaan kesehatan ini nantinya juga mencakup kondisi mental. Pasal, puncak Everest bakal sangat sulit dijangkau dengan kondisi kesehatan mental tak memadai.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini