Indonesia Rawan Tsunami, Ini Wilayah yang Paling Rentan

Baca Juga

MATAINDONESIA, JAKARTA – Gempa besar magnitudo 7,4 melanda wilayah Banten dan berpotensi tsunami. Guncangan gempa terasa di sejumlah wilayah mulai dari Jakarta, Depok, Sukabumi, Bogor, Bandung hingga Yogyakarta.

Gempa besar ini diprediksi oleh BMKG berpotensi tsunami. Fenomena ini memang menjadi siklus berulang;  ratusan tahun lalu pernah terjadi, beberapa tahun belakangan terjadi dan di masa depan pasti akan terjadi lagi.

Para ahli kegempaan dan tsunami di Indonesia mengkaji potensi bencana dengan skenario terburuk. Indonesia merupakan negara maritim dengan sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pesisir. Oleh sebab itu, mengetahui tentang potensi ancaman gempa besar dan tsunami merupakan suatu kewajiban.

Ahli tsunami sekaligus Perekayasa Bidang Kelautan Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai (BTIPFP) dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko mengatakan Indonesia rawan tsunami karena dikelilingi oleh tiga lempeng tektonik yang terus bergerak, yakni lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.

Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah utara dan menyusup ke dalam lempeng Eurasia, sementara lempeng Pasifik bergerak relatif ke arah barat. Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempa bumi besar dengan kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami.

Widjo berkata, ketiga lempeng tersebut saling bergerak dan tidak pernah berhenti selama Bumi berputar. “Pertanyaannya adalah, kapan lempeng akan melepaskan energi. Itu yang tidak kita tahu,” katanya.

Widjo menjelaskan, selain diapit oleh tiga lempeng, Indonesia memiliki banyak sekali sesar atau patahan gempa. Sesar-Sesar berukuran besar di kerak bumi merupakan hasil dari aksi gaya lempeng tektonik, dengan yang terbesar membentuk batas-batas antara lempeng, seperti zona subduksi atau sesar transform.

Energi yang dilepaskan menyebabkan gerakan cepat pada sesar aktif yang merupakan penyebab utama gempa bumi. Nah, tsunami umumnya disebabkan oleh gempa megathrust.

Dirinya mengungkapkan segmentasi subduksi itu di laut dan bisa menyebabkan tsunami. Ada 16 titik megathrust yang dimiliki Indonesia.

Zona subduksi itu ada di Aceh dan sudah lepas energinya pada 2004, sehingga menimbulkan tsunami Aceh. Kemudian di bawah zona subduksi Aceh-Andaman ada Nias-Simelue, Batu, Mentawai-Siberut, Mentawai-Pagai, Enggano, selat Sunda, Jawa Barat, selatan Jawa, Bali, Sulawesi, Banda, hingga utara Papua.

“Daerah inilah yang bisa menimbulkan gempa bumi besar dan tsunami,” katanya.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono pernah mengatakan tentang megathrust. “Thrust” merujuk pada salah satu mekanisme gerak lempeng yang menimbulkan gempa dan memicu tsunami, yaitu gerak sesar naik. Dengan demikian, megathrust bisa diartikan gerak sesar naik yang besar. Mekanisme gempa itu bisa terjadi di pertemuan lempeng benua.

Dalam geologi tektonik, wilayah pertemuan dua lempeng ini disebut zona subduksi. Menurut Daryono, zona megathrust terbentuk ketika lempeng samudera bergerak ke bawah menunjam lempeng benua dan menimbulkan gempa bumi.

“Zona subduksi ini diasumsikan sebagai sebuah zona “patahan naik yang besar” atau populer disebut zona megathrust,” katanya.

Zona megathrust di Indonesia bukan hal baru karena sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan. Sebagai sebuah area sumber gempa, maka zona ini dapat memunculkan gempa bumi dengan berbagai magnitudo dan kedalaman. Gempa megathrust dianggap menakutkan karena dianggap selalu bermagnitudo besar dan memicu tsunami.

 

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini