Indonesia Berharap Afghanistan Tidak menjadi Sarang Teroris

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Taliban mengejutkan banyak pihak karena berhasil mengusai wilayah Ibu Kota Kabul dan menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan pada Minggu (15/8). Ini terbilang singkat karena hanya sekitar tiga bulan sejak pertama kali Taliban melancarkan serangan.

Taliban mulai mengintensifkan serangan setelah Amerika Serikat (AS) dan NATO memutuskan untuk menarik pasukan setelah 20 tahun berperang. Saat itu, Taliban melancarkan serangan besar-besaran pertama di Provinsi Helmand dan enam kawasan lain. Beberapa hari kemudian, kelompok itu berhasil merebut distrik Nerkh dekat Kabul.

Pada Juni, Taliban melancarkan gempuran di wilayah utara, jauh dari daerah kekuasaan mereka di selatan. Pada akhir bulan, mereka menguasai sekitar 50 dari total 370 distrik di kawasan utara Afghanistan.

Sementara di sepanjang Juli, Taliban terus menggencarkan serangan. Berdasarkan keterangan militer AS, Taliban berhasil merebut nyaris setengah dari keseluruhan distrik di Afghanistan. Saat itu, banyak pasukan Afghanistan justru kabur ketika Taliban datang.

Memasuki Bulan Agustus, Taliban berhasil merebut ibu kota provinsi pertama, yaitu Zaranj. Pada hari berikutnya, Taliban hingga merebut Kota Kunduz di utara. Puncaknya pada 15 Agustus, di mana akhirnya sukses menguasai ibu kota, sekaligus membuat Presiden Ashraf Ghanis melarikan diri ke Uni Emirat Arab dengan dalih demi menghindari pertumpahan darah.

Taliban juga resmi mengumumkan pemerintahan sementara dengan Mullah Hasan Akhund ditunjuk sebagai Perdana Menteri. Akan tetapi, kabinet baru bentukan Taliban menuai sorotan.

Pasalnya, ada 14 nama dalam pemerintahan sementara Afghanistan masuk daftar hitam terorisme Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), termasuk sang Perdana Menteri Mullah Mohammad Hasan Akhund.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi pun berharap Afghanistan tidak menjadi sarang teroris atau menjadi tempat pelatihan organisasi terlarang. Pernyataan ini juga telah disampaikan Menlu Retno saat bertemu perwakilan Taliban di Doha, Qatar, pada 26 Agustus 2021.

“Indonesia berharap Afghanistan tidak dijadikan sebagai tempat berkembang biak dan pelatihan organisasi teroris dan kegiatan yang mengancam perdamaian dan stabilitas kawasan,” tutur Menlu Retno Marsudi dalam pernyataan pers virtual, Kamis, 9 September 2021.

“Indonesia terus menggarisbawahi pentingnya membangun pemerintahan yang inklusif, di Afghanistan,” sambungnya.

Menlu Retno juga berharap, Taliban lebih peduli terhadap hak asasi manusia, khususnya hak-hak kaum perempuan dan anak perempuan – termasuk hak untuk bersekolah dan bekerja.

Sebelumnya, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid menegaskan bahwa Taliban berkomitmen untuk menghormati hak-hak perempuan dan anak perempuan menurut syariat Islam. Ia juga memastikan, terdapat perbedaan besar antara Taliban yang digulingkan AS tahun 2001 dengan sikap mereka saat ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini