MATA INDONESIA, JAKARTA-Juli mendatang, pemerintah Indonesia bakal membangun pabrik baterai listrik (EV battery) pertamanya. Pabrik ini merupakan hasil konsorsium dengan dengan perusahaan asal Korea Selatan, LG Chem dan asal Cina, Contemporary Amperex Technology (CATL).
“Ini menjadi investasi terbesar di RI setelah masa reformasi, nilai investasinya mencapai 9,8 miliar US dolar atau sekitar Rp 142 triliun,” ujar Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, Senin 21 Juni 2021.
Ia mengatakan LG ini sudah mulai groundbreaking Juli mendatang, paling lambat Agustus awal sudah mulai pembangunan.
Sejalan dengan akan segera dibangunnya pabrik ini, lanjutnya, pemerintah telah melakukan pelarangan ekspor nikel ke luar negeri. Pasalnya nikel ini akan menjadi bahan baku utama produksi EV battery ini nantinya.
Targetnya, dengan adanya PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) ini akan menjadikan Indonesia sebagai produsen baterai untuk kendaraan listrik terbesar di dunia.
Ia mengatakan 50 persen komponen dari baterai mobil listrik adalah baterai, dan baterai itu bahan bakunya paling besar itu adalah nikel dan nikel 25 persen total cadangan dunia itu ada di Indonesia, mangan ini paling banyak di Sulawesi Tenggara, lalu Kobalt yang merupakan produk turunan dari nikel. “Hanya litiumnya kita impor dari Australia,” katanya.
Dia juga menyinggung mengenai keterlibatan pengusaha lokal dalam proyek besar EV battery ini. Pengusaha dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) nikel bisa turut andil nantinya.
“Investasi yang masuk wajib bergandengan dengan pengusaha daerah kalau nggak bisa bagaimana caranya biar bisa dengan cara kita, nggak boleh pengusaha daerah hanya jadi penonton, pengusaha daerah harus ikut ambil bagian,” katanya.
Untuk diketahui pabrik ini akan dibangun di Kota Deltamas, Karawang, Jawa Barat. Pada pembangunan tahap pertama ini akan memiliki kapasitas produksi 10 gigawatt hour (GWh) dengan offtaker dari Hyundai.
Pembangunan tahap pertama pabrik ini memiliki kapasitas produksi baterai mencapai 10 Giga Watt hours (GWh), yang nantinya akan dipakai untuk kendaraan listrik dari Hyundai.
IBC atau PT Industri Baterai Indonesia dibentuk oleh empat BUMN yaitu Mining and Industry Indonesia (Mind Id), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan Antam, yang memiliki mandat khusus untuk mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik (electric vehicle battery/EV battery) yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Sementara itu, konsorsium LG terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, LG International, POSCO dan Huayou Holding.
LG Energi Solution saat ini merupakan salah satu produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia. LG Electronics (LG Group) merupakan perusahaan terbesar kelima di Korsel pada tahun 2020 menurut majalah Fortune.