Indonesia akan Jadi Pusat Energi Biomassa Dunia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Target zero emission tahun 2060 sudah fixed. Untuk mencapainya, pemerintah terus mendorong transformasi pada dua sektor pokok. Yakni energi dan sektor kehutanan serta tata guna lahan alias forestry and land use (FOLU).

Selama ini, sektor energi dan FOLU itu adalah penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca (GRK), yang di dalamnya termasuk emisi karbon. Emisi GRK selama dua abad era industri ini telah membuahkan fenomena baru perubahan iklim.

Dalam situasi ini, justru kolaborasi antara usaha sektor FOLU dan energi bisa menawarkan mitigasi perubahan iklim dengan memangkas emisi karbon. Sektor kehutanan dapat memproduksi biomassa secara berulang dan lestari sebagai sumber energi listrik yang berkelanjutan. Produk biomassa dari kawasan hutan dapat panen dan tanam lagi secara berkelanjutan. Sehingga dapat memangkas emisi karbon pada sektor energi.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Dwisuryo Indroyono Soesilo, dalam diskusi virtual bertajuk “Kontribusi Sektor Kehutanan untuk Pengembangan Energi Biomassa di Indonesia”,  mengatakan bahwa usaha kehutanan siap mendukung penggunaan biomassa untuk bahan bakar listrik. “Potensi biomassa di negeri kita ini sangat besar,” ujarnya.

Menurut Indroyono Soesilo, area hutan produksi yang sudah teralokasi sebagai hutan tanaman energi (HTE) di Indonesia mencapai hampir 1,3 juta hektare. Dan sedikitnya 32 unit bisnis yang siap untuk mengusahakannya. Kawasan HTE itu bisa menjadi modal awal yang  cukup besar bagi Indonesia untuk secara masif menghasilkan energi biomassa.

Pihak APHI, menurut Dr Indroyono Susilo, bersama Masyarakat  Energi Biomassa Indonesia (MEBI) dan Kadin Indonesia, telah melakukan kajian dengan perhitungan teknis. ‘’Kami bertiga bersama-sama sudah menghitungnya. Membuat kalkulasi, dan kami memperoleh angka-angka yang luar biasa. Potensi manfaat yang kita dapatkan sangat dahsyat,” kata Indroyono.

Paling sedikit, 34 perusahaan anggota APHI sudah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di bidang ini. Bahkan, beberapa di antaranya sudah memasukkannya dalam rencana bisnis mereka

Energi biomassa ialah bahan bakar dengan mengkonversi bahan-bahan organik. Seperti batang pohon, cabang, ranting. Bahkan  limbah usaha pertanian/perkebunan, seperti jerami, batok kelapa pelepah sawit, dan sisa-sisa bahan dari areal hutan tanaman industri (HTI) pemasok bahan industri kertas dan pulp.

Untuk menjadikannya bahan bakar yang siap pakai, biomassa harus ada pengolahan lebih dulu. Salah satunya dengan teknologi gasifikasi (gasifikasi fluidized bed), yaitu suatu proses pengubahan secara termokimia untuk menjadikanya gas atau gas cair untuk pembangkit listrik.

Namun, pemanfaatan limbah organis itu masih sangat terbatas. Selain teknologinya masih sangat mahal, ketersediannya pun terserak di banyak tempat. Perlu upaya ekstra mengumpulkannya, dan mengakibatkan biaya logistik yang tinggi. Maka, dalam pandangan Wakil Ketua Kadin Pusat bidang Industri Bobby Gafur Umar, yang sekaligus menjabat sebagai Direktur Utama PT Protech Mitra Perkasa Tbk, pilihan HTE dengan produksi wood chip dan pellet lebih menjanjikan.

‘’Kami yakin, potensi besar biomassa ini, terutama dari HTE, akan bisa berperan besar dalam proses transisi energi di Indonesia,” kata Bobby pada acara diskusi online itu.

Menurut Bobby, pemanfaatan biomassa sebagai sumber daya energi listrik, merupakan salah satu cara untuk meningkatkan rasio elektrifikasi. Sekaligus mempercepat terwujudnya ketahanan energi nasional. Saat ini, HTE sudah mulai menggeliat.

Usaha Hutan Tanaman Energi mulai bergulir. Dari 1,3 juta ha lahan yang tersedia untuk HTE, tutur Bobby, dan sampai 2024 realisasinya akan mencapai 67.000 ha. Dalam pandangan Kadin, areal HTE ini masih sangat mungkin luas guna menampung investasi, yang dalam waktu relatif dekat ini. Potensinya bisa mencapai USD52,1 miliar. ‘’Ini luar biasa. Bisa hasilkan listrik 32,6 GW (gigawatt)  dan mampu menyerap sedikitnya 12 juta orang tenaga kerja,’’ ujar Bobby.

HTE ini  bisa menghasilkan produk 60 juta ton wood chip dan pellet, atau material lainnya untuk pembangkit listrik biomassa, yang dapat ekspor ke berbagai negara. ‘’Nilainya per tahun dapat mencapai Rp 90 triliun,’’ ujar Bobby. Indonesia berpotensi menjadi pusat energi biomassa dunia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Webinar Inspiratif Universitas Alma Ata: Peluang dan Tantangan Karir di Dunia UI/UX di Era Digital

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menghadapi era digital, Universitas Alma Ata berkomitmen mendorong mahasiswanya untuk membangun karir di dunia UI/UX dengan menggelar webinar bertajuk “Membangun Karir di Dunia Desain UI/UX: Peluang dan Tantangan di Era Digital” pada Sabtu (21/12/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini