Imbas PON dan Peparnas, Pendapatan Papua Terkerek hingga Rp 1,5 Triliun

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAYAPURA – pelaksanaan PON XX dan Peparnas XVI mendatang keuntungan besar bagi wilayah Papua. Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Tigor Naek Sinaga, dampak ekonomi Papua selama PON bergulir mencapai Rp 950 miliar hingga Rp 1,5 triliun.

“Capaian ini meningkat 0,7 persen hingga 1,1 persen pada hitungan year on year (yoy) dari PDRB Papua sepanjang tahun 2021,” ujarnya, Senin 15 November 2021.

Sementara selama Peparnas XVI bergulir, dampak ekonomi Papua meningkat pada kisaran Rp 140 miliar hingga Rp 160 miliar pada PDRB Papua di tahun 2021.

Tak hanya itu, dampak persiapan pelaksanaan PON terlihat nyata dalam pertumbuhan ekonomi non tambang triwulan III 2021 Papua sebesar 2,67 persen atau naik dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi non tambang Nasional yang sebesar 1,34 persen.

“Peningkatan ekonomi pelaksanaan PON dan Peparnas mampu mendorong pemulihan perekonomian di Papua,” katanya.

Hal tersebut turut dibenarkan oleh seorang pedagang kelontong di Dermaga Pantai Yahim, Kabupaten Jayapura bernama Reni Felle. Ia mengunhkapkan bahwa selama pelaksanaa PON, keuntungannya naik hingga tiga kali lipat.

“Hal ini dikarenakan banyaknya tamu, termasuk atlet dan ofisial yang singgah di Dermaga Yahim untuk berwisata ke pinggiran Danau Sentani,” ujarnya.

Untuk menyinggahi sejumlah kampung itu, wisatawan biasanya menyebrang dengan perahu milik masyarakat. Per orang dikenakan biaya angkut Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu.

Reni menyebutkan jika biasanya sehari bisa meraup untung Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Tapi saat PON, saya bisa kantongi keuntungan setiap hari hingga Rp700 ribu. Ia selalu berjualan sejak pukul 06.00 WIT hingga pukul 22.00 WIT.

“PON membawa berkat tersendiri untuk pedagang kecil sepeti kami. Karena banyak pengunjung yang mencari ikan, banyak pengunjung yang datang untuk melihat keindahan Danau Sentani dan mereka membeli dagangan kami,” katanya.

PON XX meningkatkan kebutuhan uang mencapai Rp 679 miliar pada triwulan III 2021 atau meningkat 34 persen dibanding tahun sebelumnya.

Sementara itu transaksi non tunai melalui QRIS pada bulan Agustus meningkat hingga 212 persen dibandingkan Januari 2021.
Di tengah peningkatan ekonomi tersebut, inflasi pada bulan Oktober 2021 tetap terjaga pada tingkat 0,90 persen secara tahunan, lebih rendah dibandingkan nasional sebesar 1,66 persen (yoy). Inflasi tersebut terutama didorong oleh peningkatan trafik angkutan udara sepanjang pelaksanaan PON XX.

Terkendalinya inflasi sepanjang pelaksanaan PON XX merupakan hasil dari koordinasi dan sinergi TPID bersama PB PON, pemerintah daerah dan pelaku usaha di Papua dalam memastikan kebutuhan pangan di Papua. Hal ini tercermin dari rendahnya inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau yang hanya sebesar 0,09 persen secara tahunan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Antisipasi Longsor dan Pohon Tumbang Akibat Hujan, BPBD Kulon Progo Lakukan Langkah Ini

BPBD Kulon Progo terus melakukan pemantauan terhadap potensi bencana hidrometeorologi di wilayahnya seiring dengan dimulainya musim hujan. Dalam sepekan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini