IDAI: 152 Anak Terserang Gejala Gangguan Ginjal Akut Misterius

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-152 anak terserang gangguan ginjal akut misterius. Hal itu berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Meskipun kasus ini sudah ada sejak Januari 2022, namun gangguan ginjal akut misterius ini baru mengalami pelonjakan signifikan pada September 2022.

Meskipun begitu, kondisi ini perlu diwaspadai oleh orang tua. Gangguan ginjal akut misterius ini berbeda dengan gangguan ginjal pada umumnya.
Penderita yang mengidap penyakit ini sebelumnya sehat dan tidak memiliki penyakit kronis maupun kelainan ginjal bawaan.

152 kasus tersebut tersebar di 16 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Jambi Kepulauan Riau, Papua Barat, Papua, dan Nusa Tenggara Timur.

Menurut Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) menjelaskan sejumlah gejala pada anak dengan gangguan ginjal misterius.

Gejala awal yang muncul yakni infeksi seperti batuk-pilek, diare, dan muntah. Secara teoritis, infeksi itu seharusnya tidak berpotensi memicu acute kidney injury (AKI) dan gagal ginjal akut.

“Diawali dengan gejala infeksi seperti batuk-pilek, atau diare dan muntah. Infeksi tersebut tidak berat. Bukan tipikal infeksi yang kemudian harusnya menyebabkan AKI secara teoritis kami pelajari di kedokteran. Itulah yang membuat kami heran,” kata dr Eka.

Dia hanya beberapa hari timbul diare atau muntah, kemudian demam, kemudian dalam tiga sampai lima hari mendadak tidak ada urine-nya. Jadi tidak bisa buang air kecil, betul-betul hilang sama sekali buang air kecilnya.

“Jadi anak-anak ini hampir semuanya datang dengan keluhan tidak buang air kecil, atau buang air kecilnya sangat sedikit,” katanya.

Menurut Ketua Pengurus Pusat IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso mengatakan bahwa kategori usia yang melaporkan gangguan ginjal akut ada pada rentang 0-10 tahun. Namun, kebanyakan pasiennya berada pada usia dibawah 5 tahun.

“Kalau lihat usianya, ini memang sebagian paling banyak di usia 1-5 tahun (75 kasus). Ada juga 0-1 tahun (35 kasus), 5-10 tahun (24 kasus), dan diatas 10 tahun (18 kasus). Tapi terbanyak usia 1-5 tahun,” ujar Piprim dalam konferensi pers.

Meskipun demikian, Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI meminta masyarakat untuk tetap tenang. Masyarakat juga diminta tetap waspada dan selalu mencari informasi dari sumber terpercaya sehingga tidak menerima informasi yang simpang siur.

“Kita harapkan masyarakat tetap tenang dan tidak panik, tetap waspada, dan pahami betul tentang bagaimana cara mengenali apakah urinnya cukup atau tidak. Jumlah urin yang cukup adalah 1 cc per-kilogram berat badan dan per-jam,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Perlu Bersinergi Wujudkan Pilkada Damai

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pilkada tidak hanya sekadar agenda politik,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini