Mata Indonesia, Jakarta – Di tengah siatuasi ekonomi global yang belum menentu, angin segar datang dari Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo. Berbicara dalam Forum Investasi Tahunan Bank Indonesia 2023 yang mengusung tema “Navigating FX Reserve Sustainability Strategy in Global Market Turmoil“, Perry Warjiyo. menyatakan bahwa kinerja ekonomi Indonesia yang sangat baik saat ini akan terus berlanjut di tengah masih terdapatnya potensi ketidakpastian di perekonomian global.
Menurutnya potensi ketidakpastian perekonomian global, masih bersumber pada perlambatan ekonomi global (slower growth); laju inflasi yang masih tinggi (high inflation); suku bunga kebijakan yang tinggi untuk waktu yang lama (higher policy rate for longer); nilai tukar dolar AS yang tetap kuat (strong US dollar); serta fenomena cash is the king.
Sumber-sumber ketidak pastian ini, merupakan tantangan yang selain harus meningkatkan kewaspadaan juga harus melahirkan kebijakan strategis yang tepat. Di sini Perry Warjiyo menekankan pentingnya strategi KIS, yaitu Konsistensi, Inovasi, dan Sinergi, dalam menyusun berbagai kebijakan.
Implementasi KIS oleh Bank Indonesia, Pemerintah dan stakeholder strategis lainnya selama tahun 2022 terbukti efektif menjaga resiliensi perekonomian dan stabilitas keuangan Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 diperkirakan mencapai 4.5% – 5.3%. Laju inflasi diproyeksikan terjaga di kisaran 3%±1% pada tahun 2023.
Dengan konsistensi penguatan fundamental, nilai tukar Rupiah diharapkan akan mengalami apresiasi. Bank Indonesia akan melakukan berbagai inovasi kebijakan moneter yang pro-stability dan kebijakan makroprudensial, kebijakan sistem pembayaran, kebijakan pendalaman pasar keuangan, serta kebijakan UMKM dan perekonomian syariah yang pro-growth. Berbagai kebijakan tersebut didukung oleh sinergi melalui koordinasi erat dengan Pemerintah dan stakeholder strategis lainnya.
Sementara terkait pengelolaan cadangan devisa, Gubernur Perry Warjiyo menekankan pentingnya pemahaman terhadap fundamental ekonomi, siklus bisnis dan keuangan, serta tantangan ekonomi ke depan.
Untuk itu, penguatan pengelolaan cadangan devisa yang sejak tahun 2022 diimplementasikan, akan terus dilakukan, di antaranya melalui strategi alokasi aset yang mempertimbangkan profil kewajiban eskternal baik yang bersifat siklikal maupun struktural, serta mitigasi downside risks sehingga kecukupan cadangan devisa dapat terus terjaga.