MATA INDONESIA, JAKARTA – Hari Valentine ternyata tidak selamanya identik dengan menularkan perasaan kasih sayang. Di Chicago ada sebuah peristiwa mengerikan yang dikenal dengan nama Pembantaian hari Valentine (The St. Valentine’s Day Massacre).
Itu adalah buntut persaingan mafia atau gangster tahun 20 -an. Intinya ada upaya keras mengendalikan kejahatan terorganisir tersebut di Chicago antara mafia keturunan Irlandia pimpinan George ‘Bugs’ Morgan di utara kota dan musuh terbesar mereka mafia Italia pimpinan Al Capone.
Namun, tidak ada data resmi soal pelaku pembantaian tersebut, Kamis 14 Februari 1929 tersebut.
Pukul 10:30 pagi pada hari Kamis, 14 Februari 1929, tujuh orang ditemukan tewas terbunuh di garasi 2122 North Clark Street, lingkungan Lincoln Park di Chicago North Side.
Mereka dikabarkan ditembak membabibuta oleh empat orang menggunakan senjata termasuk dua senapan mesin ringan Thompson yang mampu memuntahkan 20 peluru dalam sekali tembak dan senjata lainnya 50 peluru.
Dua dari penembak itu berpakaian polisi yang berseragam, sementara yang lain mengenakan jas, dasi, mantel, dan topi.
Namun, diyakini itu adalah polisi palsu agar terbangun narasi bahwa aparat hukum melakukan balas dendam atas pembunuhan anak seorang petugas polisi sebelum pembantaian tersebut.
Meski tidak pernah ada keterangan resmi dari kepolisian setempat namun karena lima yang mati adalah anggota mafia George “Bugs” Moran, maka Capone dituding banyak pihak sebagai otak pembantaian tersebut.
Sementara dua orang yang mengenakan seragam polisi ternyata untuk meyakinkan orang bahwa para pembunuh itu dalam penanganan polisi. Jadi setelah mereka menunaikan tugasnya dengan keji membunuh tujuh orang sekaligus di dalam garasi, mereka keluar tempat itu dengan todongan senjata kedua polisi palsu tersebut.
Namun, polisi setempat tidak pernah melakukan aksi tersebut dan hingga kini tidak terungkap siapa pelakunya. Hingga kini peristiwa itu selalu dihubungkan dengan peringatan Hari Valentine, bukan mengajarkan kita rasanya kasih sayang tetapi perilaku keji terhadap sesama manusia.