MATA INDONESIA, KULONPROGO – Para perajin tempe dan tahu di Kabupaten Kulon Progo terpaksa kecilkan ukuran produknya. Hal itu ter dilakukan karena terdampak oleh melambungnya harga kedelai yang menembus Rp13.000.
Salah satu perajin yang mengeluhkan meroketnya harga kedelai adalah Dawud, warga Wonobroto, Sentolo, Kulonprogo. Harga kedelai sebelumnya hanya berkisar Rp9.000 per kilogram, namun sekarang naik dan tembus harga Rp13.000 per kilogram. Kenaikan harga kedelai ini sudah berlangsung sejak sepekan terakhir.
“Menaikan harga lebih beresiko, konsumen bisa kabur karena apa-apa mahal, kami memilih mengecilkan ukuran,” ucapnya, Jumat 30 September 2022.
Dawud tidak tahu pasti penyebab utama harga kedelai bisa naik dengan signifikan. Dia hanya mampu menduga-duga, kenaikan harga kedelai berkait erat dengan kenaikan harga BBM.
“Penyebab pastinya kurang tahu, yang jelas setelah BBM naik, harga kedelai ikut-ikutan naik, mungkin biaya operasional juga naik,” ujarnya.
Dawud mengaku, dia dan para produsen tempe dan tahu di wilayahnya telah berupaya keras untuk tetap mempertahankan usaha. Mereka mencoba untuk mengambil setipis mungkin laba agar tetap bisa menjual dengan harga yang sama. Meskipun, ukuran produk yang dihasilkan dikecilkan.
“Hanya itu pilihannya, kalau harga tetap sama. Kami juga terpaksa mengurangi produksi dari sebelumnya bisa 1,5 ton kedelai per hari, sekarang di bawah 1 ton,” ujarnya.
Perajin lainnya yang mengeluhkan adalah Winarti warga Wates, Kulonprogo. Dia mengungkapkan hal yang senada, kenaikan harga kedelai membuat dirinya kalang kabut untuk mempertahankan usaha produksi tempe. Harga kedelai tembus Rp13.000 membuatnya pusing tujuh keliling.
“Pelanggan kalau diminta naik sepertinya susah, mungkin hanya bisa untuk jenis mendoan, lainnya tidak berani, bisa kabur semua,” katanya.
Reporter: Abraar