Harga Daging Babi Meroket, Thailand Beralih Konsumsi Daging Buaya

Baca Juga

MATA INDONESIA, BANGKOK – Permintaan akan daging buaya melonjak, setelah harga daging babi mengalami kenaikan yang signifikan. Fenomena ini mencerminkan kurangnya pasokan daging babi di Thailand.

Daging babi yang merupakan makanan pokok di Thailand, mengalami lonjakan harga karena flu babi Afrika yang melanda seluruh negeri dan kelangkaan. Kenaikan harga ini diperkirakan akan berlangsung selama berbulan-bulan.

Kenaikan harga daging babi ini membuat peternak daging buaya di Thailand meraup berkah. Salah seorang peternak buaya, Wichai Rungtaweechai yang memelihara 10,000 buaya di Provinsi Nakhon Pathom mengaku mendapat pelanggan baru setiap hari.

“Banyak penjual makanan dan restoran datang kepada saya untuk meminta daging buaya untuk dibeli,” kata Wichai Rungtaweechai, melansir USA Today News.

Sebelumnya, Wichai Rungtaweechai menjual kulit buayanya ke industri fashion. Sementara dagingnya dijual ke beberapa restoran untuk disajikan sebagai menu eksotis.

Kini penjualan daging buayanya melonjak menjadi lebih dari 100kg per hari. Angka ini naik dari sekitar 20kg hanya beberapa pekan.

Sebagai catatan, harga daging babi di Thailand kini dibanderol senilai 200 baht atau sekitar 87 ribu Rupiah per kg. Sedangkan daging buaya dihargai 66 baht atau sekira 29 ribu Rupiah per kg.

Untuk mengurangi tekanan pada harga, Thailand memblokir ekspor babi pada 6 Januari 2022 dan kebijakan ini akan berlangsung selama tiga bulan.

Tahun 2021, Thailand memelihara sebanyak 18 juta babi dan anak babi untuk konsumsi domestic. Ketika itu Perdana Menteri Thailand meyakinkan semua warga bahwa mereka memiliki cukup persediaan untuk memenuhi permintaan.

“Pertanyaan datang dari seluruh negeri. Awalnya saya tidak tahu bagaimana menangani permintaan,” sambung Wichai Rungtaweechai yang berusia 65 tahun itu.

“Restoran dan pedagang daging ingin dikirim ke mereka dalam jumlah besar… sementara pelanggan lain yang ingin mencoba daging buaya memesannya untuk dibawa pulang untuk dimasak sendiri,” ungkapnya.

Sang istri, Utaiponr mengaku mulai memasak daging buaya di restorannya. Ia memperingatkan bahwa ada metode khusus untuk memasak daging buaya, sebab bila keliru maka akan terasa amis.

IDr Suwannachai Wattanayingcharoenchai, Kepala Departemen Kesehatan, mengatakan daging buaya dapat menjadi sumber protein yang baik ketika harga daging babi mahal.

Namun dia memperingatkan orang-orang bahwa memakan daging mentah atau setengah matang tidak akan aman.

Menurut Departemen Perikanan Thailand, sebanyak 1.150 orang di negara itu memiliki peternakan buaya atau terlibat dalam bisnis perdagangan. Sekitar 1,2 juta buaya dipelihara setiap tahun, dan 60 persennya dikirim ke Cina sebagai ekspor daging.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini