Giliran Partai Oposisi Minta Perdana Menteri Thailand Mundur

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Partai oposisi terbesar Thailand meminta Perdana Menteri, Prayuth Chan-ocha mengundurkan diri dari posisinya. Statement ini mereka lontarkan ketika parlemen Thailand membuka sesi khusus terkait unjuk rasa yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.

Unjuk rasa ini awalnya menuntut Perdana Menteri Prayuth melepas jabatannya. Partai oposisi meyakini pemilu tahun lalu yang dimenangkan oleh Prayuth telah dimanipulasi. Amarah sebagian warga Thailand semakin tersulut oleh dugaan korupsi, penangkapan sejumlah mahasiswa, dan dampak ekonomi akibat pandemi virus Corona.

Para pengunjuk rasa juga meminta reformasi pada kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn. Termasuk membatasi kewenangan monarki atas konstitusi, kas kerajaan, dan militer. Raja Vajiralongkorn sendiri sudah lama dikenal dengan segala tingkah kontroversialnya.

“Perdana Menteri adalah penghalang dan beban utama negara. Mohon mundur dan semuanya akan berakhir dengan baik,” kata Pemimpin Partai Oposisi Pheu Thai -partai tunggal terbesar di parlemen, Sompong Amombvivat, melansir Reuters, Senin, 26 Oktober 2020.

Prayuth sebelumnya menyerukan sesi parlemen minggu ini setelah memberlakukan status darurat pada 15 Oktober guna menyudahi aksi unjuk rasa, juga pembatasan pemberitaan. Akan tetapi, kebijakannya saat itu justru menyulutkan amarah rakyat dan membawa puluhan ribu orang turun ke jalan, memenuhi Kota Bangkok.

“Saya yakin bahwa hari ini, terlepas dari perbedaan pandangan politik kita. Semua orang masih mencintai negara ini,” kata Prayuth Chan-ocha dalam pidato pembukaannya.

Namun, para penentang dan pemimpin protes skepstis bahwa sesi parlemen akan menyelesaikan krisis yang terjadi di Thailand saat ini. Pendukungnya memiliki mayoritas kursi di parlemen, yang mana seluruh majelis tinggi dipilih oleh junta militer.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini