MATA INDONESIA, JAKARTA – Para ilmuwan di Afrika Selatan menemukan fakta baru terkait manusia purba jenis Australopithecus yang berasal dari 3,6 juta tahun lalu. Setelah diteliti, manusia purba ternyata memiliki otak dengan ukuran kecil.
Hal ini terungkap dari hasil CT Scan pada fosil kuno yang dikenal dengan nama ‘Little Foot’. Selain berotak kecil, manusia purba Australopithecus juga doyan berayun di pohon-pohon dan vegetarian.
Namun, Australopithecus ini memiliki jenis yang paling lengkap. Para ahli membandingkan fosil terkenal itu dengan fosil-fosil lain dari Afrika, serta manusia dan simpanse yang masih hidup.
Hasilnya, peneliti berkesimpulan bahwa jenis ini menggerakkan kepala mereka secara berbeda daripada manusia modern. Bentuk kepala menentukan kisaran gerak, sementara arteri yang melewati vetebrata ke tengkorak berguna untuk memperkirakan aliran darah yang memasok ke otak.
Malahan, manusia purba ini lebih mirip simpanse hidup. Dari fosil juga, tim mengidentifikasi bahwa ligamen dan sendi yang menghubungkan kepala dan leher menunjukkan manusia purba berayun secara teratur dari pohon ke pohon.
Selain itu, para ilmuwan meyakini aliran darah Little Foot tiga kali lebih rendah, daripada manusia yang hidup, dan lebih dekat dengan simpanse. Jenis ini juga diyakini makan makanan berkualitas rendah dengan sedikit daging.
“Morfologi vertebra serviks pertama mencerminkan berbagai aspek kehidupan organisme. Secara khusus, Little Foot hampir lengkap memiliki potensi untuk memberikan wawasan baru tentang evolusi mobilitas kepala dan pasokan arteri ke otak dalam garis keturunan manusia,” kata Dr Amelie Beaudet, dari Witwatersrand University di Johannesburg.