MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS diramalkan akan melanjutkan pelemahan pada perdagangan Rabu, 22 Januari 2020. Kemarin rupiah ditutup pada posisi Rp 13.658 per dolar AS atau melemah 0,10 persen.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah hari ini masih akan dibayangi oleh sejumlah sentimen dari luar negeri di antaranya sebagai berikut.
Pertama, soal kekhawatiran munculnya virus Korona di Cina. Hal ini dipicu oleh sebuha laporan menyebut ada bukti penularan virus itu melalui manusia. Virus tersebut dapat menular dari orang ke orang ketika kematian keempat dari penyakit itu dikonfirmasi.
“Wabah penyakit, yang telah menyebar dari pusat kota Wuhan ini masih dalam tahap awal. Namun, selama liburan Tahun Baru Imlek bisa beresiko bahwa itu bisa menyebar lebih jauh,†kata Ibrahim kemarin sore.
Kedua, soal prediksi pertumbuhan ekonomi yang dirilis IMF. Data tersebut memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,3 persen dari 3,4 persen pada bulan Oktober 2019 lalu.
“Kemudian IMF juga memangkas perkiraan untuk 2021 sebesar 0,2 persen menjadi 3,4 persen. Hal ini dipengaruhi oleh perlambatan di India dan pasar negara berkembang lainnya sebagai faktor tambahan,†ujarnya.
Ketiga, investor juga merespon laporan bahwa Moody’s menurunkan peringkat utang Hongkong. “Lembaga pemeringkat itu mengatakan bahwa tidak adanya rencana nyata untuk mengatasi masalah politik atau ekonomi dan sosial dari populasi Hong Kong yang muncul ke permukaan dalam sembilan bulan terakhir ini,†kata Ibrahim.
Ketiga, investor juga fokus pada pertemuan Bank of Japan (BOJ). BOJ nampaknya akan mempertahankan target suku bunga jangka pendek pada minus 0,1 persen.
“BOJ juga diperkirakan akan menaikkan perkiraan pertumbuhannya seiring membaiknya indikator ekonomi makro. Namun, para pengusaha akan mempertimbangkan pernyataan gubernur Haruhiko Kuroda setelah keputusan kebijakan tersebut,†ujar Ibrahim.
Sementara dari dalam negeri, laju rupiah dibayangi oleh euphoria investor tentang rapat dewan gubernur Bank Indonesia di 22-23 Januari 2020. Data eksternal dinilai cukup kuat, walaupun banyak pengamat yang mengatakan bank indonesia masih akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di 5% persen. “Tapi ada pula yang memperkirakan BI akan kembali menurunkan suku bunga sebesar 0,25 persen menjadi 4,75 persen,†katanya.
Di sisi lain, pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh pernyataan presiden Jokowi bahwa penguatan mata uang garuda yang begitu cepat akan berpengaruh terhadap neraca perdagangan indonesia terutama ekspor. “Hal mendapat respon negatif oleh pasar,†ujarnya.