Dua Hari Ramadan 8.000 Kendaraan Pemudik Dipaksa Putar Balik

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sejak larangan mudik diterapkan di awal Ramadan tahun ini atau dalam dua hari, sudah lebih dari 8.000 pemudik Jawa-Sumatera diminta putar balik. Warga itu menggunakan berbagai jenis kendaraan mulai dari bus, kendaraan pribadi, travel, mobil sewaan maupun sepeda motor.

Pada hari pertama sebanyak 5.041 kendaraan. Sedangkan hari kedua sekitar 3.332 kendaraan.

“Artinya angkanya semakin menurun, makin bagus. Saya respek,” ujar Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Istiono dalam keterangannya, Minggu 26 April 2020.

Hal itu dilakukan 59 titik penyekatan yang dibangun dari Lampung dan di Pulau Jawa. Menurut Istiono, dalam peninjauan ke Pelabuhan Merak, jumlah pemudik terbilang sepi. Ini menunjukkan masih ada kesadaran masyarakat Indonesia dalam upaya bersama menangani penyebaran virus corona atau Covid-19.

Soal kendala, menurut Istiono, adalah masih ada keinginan masyarakat untuk mudik yang cukup besar seperti hasil penelitian dari Kementerian Perhubungan. Jumlahnya bisa mencapai 1 juta orang.

Istiono juga berharap masyarakat tidak bergantung pada ‘jalan tikus’ demi bisa mudik Lebaran 2020. Sebab ada puluhan hingga ratusan titik penyekatan yang tidak semua dapat dihindari selama perjalanan.

Kemarin banyak orang berusaha melewati jalan tikus ring pertama, di jalan kedua terhadang lagi, kalau lolos akan terjaring penyekatan berikutnya.

Istiono menegaskan hal tersebut terjadi karena Polres berikutnya juga membuat penyekatan putar balik. Jadi pikir dua kali untuk berusaha mudik tahun ini. Ini pemerintah sudah larang mudik, karena masalah kesehatan masyarakat.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Jaga Ketahanan Pangan, DP3 Sleman Siapkan Strategi Mitigasi Dampak Perubahan Iklim di Sektor Pertanian

Mata Indonesia, Sleman - Plt. Kepala Dinas Pertanian,Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman menyatakan pentingnya untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam memahami strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di lingkungan wilayahnya, untuk menjaga produksi dan ketahanan pangan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini