MATA INDONESIA, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) berupaya menyediakan sistem pasokan rudal untuk Irak – menyusul serangan rudal balistik Iran di ibu kota wilayah Kurdi Irak, Erbil. Hal ini diungkapkan oleh Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan.
“Kami akan melakukan apa pun untuk membela rakyat kami, kepentingan kami, dan sekutu kami, dan kami sedang berkonsultasi dengan pemerintah Irak dan pemerintah di Kurdistan Irak, sebagian untuk membantu mereka mendapatkan kemampuan pertahanan rudal untuk dapat mempertahankan diri di kota mereka,” tegas Sullivan.
“Kami mengutuk Iran karena melakukan serangan ini. Kami masih mengumpulkan informasi tentang apa tepatnya target itu. Apa yang kita ketahui pada jam ini… adalah bahwa tidak ada fasilitas AS yang terkena. Tidak ada orang AS yang dirugikan,” sambungnya, melansir English Al Arabiya, Senin, 14 Maret 2022.
Pada Minggu (13/3), pasukan keamanan wilayah otonomi Kurdistan Irak mengumumkan bahwa selusin rudal balistik menargetkan Kota Erbil, termasuk konsulat AS yang sedang dibangun. Gempuran ini menyebabkan kerusakan tetapi tanpa korban besar.
Serangan terhadap Erbil terjadi setelah Garda Revolusi Iran atau IRGC mengumumkan pada Selasa (8/3) bahwa serangan Israel menewaskan dua anggotanya di Suriah. IRGC pun bersumpah untuk membalas dendam.
Ketegangan antara Paman Sam dan Iran tetap tinggi karena negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 yang ditinggalkan menemui jalan buntu.
“Berbagai negosiator kembali ke rumah di ibu kota mereka dan kita harus melihat apa yang terjadi di hari-hari mendatang sehubungan dengan diplomasi seputar kesepakatan nuklir,” sambung Sullivan ketika ditanya tentang konsekuensi dari serangan Erbil untuk pembicaraan nuklir Iran.
“Satu hal yang akan saya katakan adalah bahwa satu-satunya hal yang lebih berbahaya daripada Iran yang dipersenjatai dengan rudal balistik dan kemampuan militer canggih adalah Iran yang memiliki semua itu dan senjata nuklir dan Presiden (Joe) Biden masih bertekad untuk menghentikan Iran mendapatkan senjata nuklir,” tuturnya.