Dianggap Mengancam, Polisi AS Tembak Mati Remaja Kulit Hitam

Baca Juga

MATA INDONESIA, OHIO – Polisi di Columbus, Ohio menembak mati seorang gadis berkulit hitam saat sang gadis menerjang dua orang dengan pisau. Hal ini berdasarkan rekaman video, demikian laporan pihak berwenang.

Kepala Kepolisian Columbus, Michael Woods mengungkapkan bahwa  personelnya melepaskan tembakan usai menerima panggilan darurat dari seseorang yang memberikan laporan upaya penikaman.

Wood mengatakan, Biro Investigasi Kriminal (BCI) Ohio telah membuka penyelidikan atas kasus tersebut. Ia dan Direktur Keamanan Publik Kota, Ned Pettus, Jr., meminta tetap tenang menanggapi hal tersebut saat penyelidikan dan fakta terungkap.

“Respons yang cepat dan segera tidak dapat mengorbankan jawaban yang akurat,” kata Pettus, melansir Reuters, Rabu, 21 April 2021.

“BCI akan melakukan penyelidikan independen sepenuhnya, yang akan dipublikasikan. Jika ada pejabat yang melanggar atau hukum, jika ada, mereka akan dimintai pertanggungjawaban,” tuturnya.

Walikota Andrew Ginther mengungkapkan, dari tinjauan awal rekaman tersebut, petugas yang melepaskan tembakan kepada gadis tersebut, mengambil tindakan untuk melindungi gadis muda lain.

“Tapi gadis muda lain masih belum pulang malam ini. Saya meminta semua orang untuk berdoa untuk perdamaian. Malam ini, kami berdoa untuk keluarga ini, kami berdoa untuk kota ini, dan kami berdoa untuk tetangga kami,” kata Ginther.

Pihak berwenang mengungkapkan remaja yang ditembak mati itu sebagai gadis berusia 15 tahun. Sementara anggota keluarga mengatakan bahwa gadis tersebut bernama Makiyah Bryant berusia 16 tahun.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini