MATA INDONESIA, JAKARTA – Situasi damai harus terus diupayakan oleh semua pihak. Mulai dari pemerintah, kelompok pro kemerdekaan Papua dan aktor lainnya harus memprioritaskan dialog damai. Hal ini mengacu pada konflik yang berdampak pada tewasnya masyarakat sipil di Papua. Maka untuk mencegah insiden tersebut terus berulang, dialog damai menjadi salah satu prioritas untuk menyelesaikan konflik.
Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta mengemukakan jika dialog merupakan solusi yang bisa menjadi pintu menuju perdamaian.
“Konflik tidak akan selesai dengan pendekatan kekerasan. Dengan melakukan dialog akan terjadi komunikasi dan ini pintu masuk dalam perdamaian. Kondisi adat yang berbeda bisa menjadi penguat dengan saling menghargai adat pihak lain,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Kamis 17 Februari 2022.
Sementara itu Ketua Dewan Pengurus Public Virtue Research Institute (Hilful Fudhul) Usman Hamid pernah mengemukakan jika pendekatan humanis yang digagas Presiden ketiga Abdurrahman Wahid atau Gus Dur cukup efektif dan bisa direalisasikan. Namun, tentu memerlukan komitmen bersama untuk melakukannya.
“Tapi harus ada komitmen bersama untuk menjaga perdamaian Papua,” katanya.
Adapun, dukungan untuk terus menerapkan pendekatan dialog juga tidak lepas dari beberapa insiden yang terjadi beberapa waktu belakangan ini. Guru bernama Yonathan Renden asal Distrik Beoga, Papua dan seorang pelajar SMA bernama Ali Mom menjadi korban karena kebrutalan KST Papua.
Melihat situasi ini, strategi dialog damai bisa menjadi pilihan utama yang harus segera direalisasikan. Apabila semua pihak termasuk tokoh adat, tokoh masyarakat dan pegiat HAM serta pemerintah duduk bersama maka upaya menciptakan perdamaian di Papua bisa berhasil.