MATA INDONESIA, JAKARTA – Aksi terorisme merupakan sebuah tindakan yang bermula dari suatu paham radikalisme yang kuat. Oleh karena itu pemerintah gencar memaksimalkan upaya deradikalisasi sebagai langkah antisipasi.
Namun sejauh ini deradikalisasi belum optimal karena tidak menjangkau masyarakat secara komperhensif. Akibatnya ideologi radikalisme terus tumbuh subur.
Maka upaya deradikalisasi harus dilakukan secara mendalam dan menyeluruh yakni tidak hanya menyasar pelaku saja namun keluarganya.
Pengamat Intelijen, Stanislaus Riyanta, juga mengemukakan bahwa pendekatan terhadap keluarga patut diutamakan.
“Deradikalisasi perlu dilakukan secara lebih luas terutama melibatkan orang terdekat atau lingkungan orang yang terpapar paham radikal,” katanya, Rabu 13 Januari 2021.
Sebenarnya proses deradikalisasi bisa berjalan dengan baik bila pelaku teror bersedia bekerja sama dengan pemerintah.
Namun beberapa napi terorisme sudah skeptis terhadap pemerintah sehingga deradikalisasi tidak berjalan baik. Bahkan mereka menyebut pemerintah dengan sebutan thaghut (musuh).
Maka pendekatan melalui keluarga inti diharapkan bisa menjadi salah satu upaya deradikalisasi yang optimal.
“Pendekatan deradikalisasi melalui keluarga bisa dilakukan melalui berbagai pendekatan yaitu psikologis dan sosial,” kata Peneliti Pusat Penelitian Sumber Daya Regional LIPI, Cahyo Pamungkas.
Pendekatan bisa dengan memberikan akses pendidikan bagi anak-anak teroris dan memberdayakan perempuan yang tinggalkan oleh pelaku teroris.