Cuma Jaga Jarak dan Cuci Tangan Swedia Sukses Tekan Covid19, Indonesia?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Rusaknya mental orang Indonesia, khususnya Jakarta, dalam memerangi Pandemi Covid19 mungkin menjadi sangat jelas jika kita bandingkan dengan keberhasilan masyarakat Swedia.

Harap dicatat! Pemerintah Swedia tidak pernah menganjurkan warganya mengenakan masker pelindung, tetapi mereka dengan sukarela dan disiplin membiasakan diri menyuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak.

Hanya dua langkah itu yang dilakukan Swedia! Hal itu juga sudah pula digembar-gemborkan Pemerintah Indonesia tetapi dianggap remeh oleh masyarakat Indonesia, terutama warga Jakarta yang katanya banyak berpendidikan bagus.

Bahkan, Swedia tidak pernah menerapkan lockdown atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB) seperti Indonesia. Tetapi masyarakatnya berhasil memutus penularan penyakit yang dibawa virus SARS-Cov-2 tersebut.

Puncak penularan pada 19 Juni 2020, Swedia mendapati 108 infeksi baru per satu juta orang penduduk, sedangkan negara tetangganya, Denmark dan Norwegia, masing-masing delapan dan tiga infeksi.

Dalam beberapa minggu terakhir ini angkanya justru berbalik. Angka penularan di Swedia menjadi 12 infeksi sekitar 4 September 2020, sedangkan di Norwegia dan Denmark 14 dan 18 infeksi per satu juta penduduk.

Angka itu bertahan selama satu minggu dan menjadi yang terrendah di banding negara-negara tetangganya di Kawasan Nordik sejak Maret 2020.

Sementara angka kematian tinggal dua sampai tiga orang per hari dibandingkan 100 orang pada April lalu.

Keberhasilan itu dicapai dengan langkah sederhana saja, tetapi diikuti dengan warasnya orang masyarakat Swedia. Alih-alih menerapkan lockdown, Langkah Pemerintah Swedia hanya berfokus pada panduan jarak sosial sukarela dan mengajurkan menjaga kebersihan.

Itu saja. Pemerintah bahkan tidak menganjurkan warganya menggunakan masker wajah, namun bisa menjadi saran untuk lebih menekan lagi penularan Covid19.

Bisnis di Swedia juga terus beroperasi, yang berarti perekonomian telah bernasib jauh lebih baik. Tetapi, angka penularan kasus itu terus menurun dibandingkan Prancis, Belanda, Belgia, Spanyol hingga Italia.

“Apa yang kami lihat sekarang adalah bahwa kebijakan berkelanjutan mungkin lebih lambat dalam mendapatkan hasil, tetapi pada akhirnya akan mendapatkan hasil. Kami berharap hasilnya akan lebih stabil,” kata Otoritas Kesehatan Masyarakat Swedia Dr. Tegnell seperti dilansir Daily Mail.

Sementara, kepala departemen di Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Stockholm, Per Follin mengatakan pengujian akhir Agustus adalah ‘level terendah dalam waktu yang sangat lama’.

“Alasan kami memiliki transmisi yang relatif rendah sekarang sebagian besar karena fakta bahwa begitu banyak warga Stockholm mengikuti rekomendasi untuk tinggal di rumah saat Anda sakit, mencuci tangan dan menjaga jarak,” kata Follin dalam sebuah pernyataan.

Jumlah pasien Covid-19 dalam perawatan intensif juga saat ini rendah, dengan enam pasien di rumah sakit Stockholm pada 31 Agustus. Ini dibandingkan dengan 225 pada akhir April, menurut otoritas kesehatan setempat Region Stockholm.

Hingga Kamis, Swedia memiliki angka kematian tertinggi kedelapan di dunia dengan 577 per juta penduduk, terutama karena kegagalannya melindungi orang tua di panti jompo pada tahap awal pandemi.

Swedia mencatat 11 kasus baru virus corona pada 2 September, sehingga jumlah total kasus mencapai 84.532.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Hilirisasi Buka Lapangan Pekerjaan dan Arah Ekonomi

Oleh: Winna Nartya *) Dalam perdebatan publik, hilirisasi kerap direduksi menjadi larangan ekspor bahan mentahatau pembangunan smelter. Padahal, substansi kebijakan ini jauh melampaui industri berat. Staf Khusus Menteri Investasi dan Hilirisasi, Sona Maesana, menekankan bahwa hilirisasiadalah soal penciptaan nilai tambah yang berkelanjutan, kemandirian ekonomi, danpembukaan lapangan kerja, serta penentuan arah masa depan bangsa. Ia melihat, daripengalamannya di dunia usaha dan kini di ranah kebijakan, bahwa hilirisasi hanya akanbertahan bila ekosistem investasinya sehat dan ada keberpihakan pada pelaku lokal. Karenaitu, ia menilai sekadar mendirikan pabrik tidak cukup; pertanyaan kuncinya adalah siapa yang menikmati nilai tambahnya dan bagaimana rantai pasoknya melibatkan anak bangsa secaraaktif. Dalam pandangannya, hilirisasi mesti membuka pekerjaan lokal, mengikutsertakan UKM, dan menaikkan kelas pengusaha Indonesia melalui kemitraan yang nyata. Di ranah kebijakan, Sona Maesana menjelaskan pemerintah mendorong integrasi antarapelaku lokal dan asing, memberi insentif bagi investor yang membina industri lokal, sertamenata regulasi yang transparan agar tumpang tindih perizinan berkurang. Ia juga menilaikecepatan dan kepastian perizinan lebih penting daripada angka komitmen investasi di ataskertas, karena tanpa eksekusi yang jelas, angka hanyalah janji. Sebagai jembatan antarabahasa investor dan bahasa pemerintah, ia mendorong cara pandang baru: bukan sekadar“menjual proyek”, melainkan menumbuhkan kepercayaan jangka panjang. Ia pun mengingatkan bahwa hilirisasi tidak berhenti pada mineral dan logam; sektor digital, pertanian, farmasi, hingga ekonomi kreatif perlu masuk orbit hilirisasi melalui keterhubunganstartup kesehatan dengan BUMN farmasi, petani dengan pembeli industri lewat platform lokal, serta skema yang mengkomersialisasikan inovasi kampus.  Di tingkat kelembagaan, peta jalan hilirisasi diperkuat oleh kolaborasi antarpemerintah, industri, dan kampus. Himpunan Kawasan Industri (HKI) menandatangani nota kesepahamandengan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM serta Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, yang disaksikan Presiden Prabowo Subianto. Ketua Umum HKI, Akhmad Ma’ruf Maulana, menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan perwujudan AstaCita untuk mendorong kemandirian ekonomi, memperkuat keberlanjutan, dan mempercepatinovasi teknologi sebagai pilar pertumbuhan. Ia menegaskan peran HKI sebagai penghubungsektor industri, pendidikan, dan pemerintah untuk melahirkan daya saing berbasispengetahuan dan inovasi. Ruang lingkupnya meliputi penyelarasan kurikulum dengankebutuhan industri, kolaborasi riset untuk mempercepat hilirisasi dan menarik investasi, sertapeningkatan daya saing melalui pembentukan SDM industri yang unggul. Contoh konkret hilirisasi yang langsung menyentuh pasar tenaga kerja tampak di Aceh. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Cut Huzaimah, menyerukan penghentianekspor karet mentah karena pabrik pengolahan di Aceh Barat, yaitu PT Potensi Bumi Sakti, siap beroperasi menampung seluruh produksi lokal. Ia menilai pengolahan di dalam daerahpenting untuk mendorong hilirisasi, membuka lapangan kerja, dan menaikkan kesejahteraan. Pabrik yang berdiri di lahan 25 hektare itu memiliki kemampuan mengolah 2.500 ton karetkering per bulan, dan pemerintah daerah menilai stabilitas serta keamanan investasi harusdijaga agar manfaatnya langsung dirasakan rakyat Aceh. Di klaster pangan–petrokimia, hilirisasi juga dikuatkan melalui kemitraan strategis. DirekturUtama PT Pupuk Indonesia (Persero), Rahmad Pribadi, menjelaskan bahwa perusahaanmemperluas kerja sama dengan Petronas Chemicals Group Berhad untuk memperkuatketahanan pangan regional sekaligus mendorong hilirisasi pupuk dan petrokimia di Indonesia. Kolaborasi ini mencakup penjajakan sinergi pasokan urea dan amonia, transfer pengetahuan teknis dan operasional, serta penguatan tata kelola Kesehatan, Keselamatan, danLingkungan (Health, Safety, and Environment/HSE).  Jika ditautkan, tiga simpul di atas, yakni kebijakan investasi yang berpihak pada pelaku lokal, penguatan link–match kampus–industri, dan proyek pengolahan komoditas serta petrokimia, menggambarkan logika hilirisasi yang lengkap. Lapangan kerja tidak hanya muncul di pabrikutama, melainkan juga pada efek pengganda: logistik bahan baku, jasa pemeliharaan mesin, kemasan, transportasi, layanan digital rantai pasok, hingga jasa keuangan dan asuransi. Dengan kurikulum yang diselaraskan, talenta lokal tidak sekadar menjadi tenaga operasional, melainkan juga teknisi, analis proses, dan manajer rantai pasok....
- Advertisement -

Baca berita yang ini