MATA INDONESIA, GUANGZHOU – Akademi Ilmu Pengetahuan Cina berhasil membuat vaksin booster yang sanggup menghabisi Varian Omicron dan Indonesia pernah ikut uji klinis vaksin itu.
Vaksin protein fusi COVID-19 rekombinan yang diberinama V-01 dikembangan akademi itu bersama Livzon Pharmaceutical Group Inc atau LivzonBio, di Provinsi Guandong, Cina Selatan.
Disebutkan bahwa efikasi vaksin absolut setelah booster sekuensial V-01 adalah 61,35 persen. Angka itu relatif tinggi dan memenuhi standar WHO.
Seperti dilansir Xinhua, LivzonBio melakukan studi itu kepada 10.241 orang dewasa sehat berusia 18 tahun ke atas yang telah menerima dua dosis vaksin.
Para peserta disuntik dengan booster V-01 atau plasebo dengan perbandingan 1:1. Dari mereka yang mengikuti uji coba, total 110 peserta terinfeksi Covid-19.
LivzonBio mengatakan bahwa angka infeksi orang-tahun pada kelompok booster adalah 6,73 persen, sedangkan angka pada kelompok plasebo adalah 12,8 persen.
Selama uji coba, sebanyak 60 spesimen adalah Omicron, sedangkan sisanya belum diketahui karena masih menjalani sequencing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sequence booster V-01 dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap varian Omicron.
LivzonBio bahkan tidak menemukan masalah keamanan yang menjadi perhatian serius saat uji klinis tersebut.
V-01 adalah vaksin protein rekombinan fusi dengan domain pengikat reseptor (RBD) sebagai antigen.
RBD adalah bagian paling penting dari pengikatan protein lonjakan virus dengan reseptor ACE2 seluler manusia.
Proses pengikatan memberikan akses virus ke sel inang dan menyebabkan infeksi.
Menargetkan RBD seperti memborgol virus dan menahannya agar tidak memasuki sel inang.
Dibandingkan dengan pendekatan lain yang digunakan oleh vaksin untuk menangkis virus, vaksin penargetan RBD relatif mudah diproduksi dan ditingkatkan.
Sebab pengembangannya hanya membutuhkan sebagian kecil protein lonjakan virus untuk diproduksi.
Ini lebih hemat biaya daripada jenis vaksin lainnya dan lebih mudah disimpan dan diangkut.
LivzonBio telah mengajukan uji klinis fase-III di lebih dari 10 negara.
Negara-negara itu termasuk Mesir, Indonesia, Rusia, Rwanda, Afrika Selatan, Pakistan, Malaysia, dan Filipina.