MINEWS.ID, JAKARTA – Jika kita bergembira saat Shalat Idul Fitri sekarang, pernahkah kita bayangkan seperti apa pelaksanaannya saat kita dalam cengkeraman penjajah, seperti Jepang.
Saat Jepang masuk ke Indonesia, Bung Karno dan Bung Hatta melakukan politik kolaborasi dengan pemerintahan Negara Matahari Terbit itu.
Selama dikuasai pada periode 1940-1945, Jepang memberi keleluasaan kepada rakyat pribumi untuk merayakan Idul Fitri.
Namun, Shalat itu dibatasi waktunya yaitu sejak pagi buta usai subuh. Alasannya, seperti diungkap buku “Di Bawah Pendudukan Jepang 1940-1942,” bangsa Jepang memiliki tradisi Seikerei yaitu menyembah Dewa Matahari dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari terbit.
Alhasil, umat Islam Indonesia harus mengalah pada Jepang si “saudara tua†dengan menggelar salat id lebih dini sebelum mentari bersinar.
Padahal, di awal pendudukan bahkan Jepang mengeluarkan propaganda bahwa penduduk pribumi bebas melaksanakan salat id di tempat terbuka maupun masjid-masjid.