MATA INDONESIA, JAKARTA – Peluang ekonomi Indonesia saat ini maupun usai wabah Covid19 masih akan lebih menarik dari negara-negara lain. Dalam istilah Ekonom Bank Central Asia David Sumual postur ekonomi Indonesia tidak seburuk negara tetangga.
Menurut David hal tersebut dilihat dari pengelolaan utang, nilai tukar rupiah yang membaik, dan kondisi modal perbankan nasional yang kuat.
Dalam diskusi online bersama Badan Kebijakan Fiskal (BKF) di Jakarta, David menyatakan rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih sekitar 30 persen. Jauh lebih rendah dari Jepang, yang mencapai 200 persen.
“Rasio utang sekitar 30 persen itu sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara yang mengharuskan rasionya hingga maksimum 60 persen dari PDB,” ujar David di Jakarta, Senin 20 April 2020.
David menegaskan jika rasio yang terjadi sekarang di atas 90 persen, baru akan memberi dampak buruk kepada pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Sementara itu, nilai tukar rupiah meskipun masih relatif melemah terhadap dolar AS maupun mata uang utama lainnya namun secara perlahan menunjukkan tajinya. Kini sudah di sekitar Rp 15.500 an per dolar AS.
Setelah wabah ini berakhir, David menyebut ada peluang ekonomi yang bisa didapatkan karena adanya potensi dividen demografi dan perubahan rantai produksi global.
Menurut dia, potensi keuntungan demografi itu disebabkan ada peluang peningkatan dalam pasar barang durable atau barang tahan lama, pasar perumahan dan nilai tambah produksi bahan mentah.
Sedangkan, perubahan rantai produksi global akibat wabah ini juga berpeluang diwujudkan dari kawasan ASEAN dan India karena akan menjadi kawasan pertumbuhan baru akibat pergeseran geopolitik dan ekonomi.
India, menurut David, tidak ingin melakukan ekspor obat malaria yang diyakini sebagai penangkal Covid-19 ke negara tertentu seperti Amerika Serikat, berpeluang menjadikan ASEAN sebagai pasar yang potensial.
Selain itu, produktivitas berpotensi meningkat dengan percepatan pengembangan teknologi dan infrastruktur.
Menurut dia peluang ekonomi muncul setelah dunia melewati krisis keuangan Asia pada 1997 dan krisis keuangan global pada 2008.
Ia menjelaskan usai krisis keuangan Asia, banyak penemuan baru yang memberikan peluang ekonomi kepada sejumlah negara dan begitu juga krisis pada 2008 yang melahirkan sektor berbasis teknologi.