MATA INDONESIA, JAKARTA – Realisasi investasi berpotensi turun pada triwulan II 2020. Kondisi ini terjadi akibat dampak pandemi virus corona (COVID-19).
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pun mengaku siap mengantisipasi potensi penurunan itu. Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan realisasi investasi pada triwulan kedua (April-Juni) 2020 memang cukup berat meski capaian pada triwulan pertama masih mencatatkan pertumbuhan.
“Triwulan kedua itu April, Mei, Juni. April ini kita tahu kondisinya seperti sekarang. Kalau melihat tren realisasi investasi pada triwulan pertama, maka tren realisasi investasi triwulan kedua menurun. Terutama PMA (penanaman modal asing) akan turun,” katanya di Jakarta, Senin 20 April 2020.
BKPM mencatat realisasi investasi sepanjang triwulan pertama 2020 mencapai Rp 210,7 triliun. Secara rinci, dibandingkan periode sepanjang Januari-Maret 2019, PMA pada periode Januari-Maret 2020 turun 9,2 persen menjadi Rp 98,3 triliun dari Rp 107,9 triliun.
Sementara penanaman modal dalam negeri (PMDN) naik 29,3 persen dari sebelumnya Rp 87,2 triliun menjadi Rp 112,7 triliun. Menurut Bahlil, penurunan PMA terjadi akibat penyebaran COVID-19 yang mulai masif terjadi di Indonesia pada pertengahan Maret.
“COVID-19 itu dampaknya kita mulai kena di pertengahan Maret. Mulai situ PMA turun. Tapi di sisi lain PMDN meningkat. Ini sebuah signal positif bahwa kepercayaan pengusaha domestik sudah mulai baik, terhadap pemerintah maupun dari sisi pelayanan,” ujarnya.
Untuk itu, mantan Ketua Umum Hipmi itu mengatakan akan membangun strategi agar potensi penurunan realisasi investasi tidaklah tajam. Sebagai langkah awal, pihaknya dibantu Deputi Pengendalian Pelaksanaan Investasi beserta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) di provinsi dan kabupaten/kota akan memastikan investasi bisa terus berjalan, baik yang sudah eksisting maupun yang baru memulai.
Khusus PMDN, ia mengatakan akan terus melakukan komunikasi dengan para investor itu. BKPM juga akan mengelompokkan investasi berdasarkan tiga klaster yakni investasi yang sudah jalan; investasi yang baru jalan; serta investasi yang baru akan berjalan.
“Nah untuk bidang tertentu seperti pertambangan, perkebunan infrastruktur, ini tetap akan kami minta mereka jalan dengan memperhatikan SOP tentang PSBB,” katanya.
Bahlil pun mengingatkan perlunya kesadaran baik dari pemerintah, investor maupun masyarakat untuk saling menjaga iklim investasi demi mendukung investasi yang masuk. “Sekarang penting bagaimana kerja sama untuk memperkecil kesulitan terhadap kemungkinan potensi penurunan investasi di triwulan kedua nanti,” kata Bahlil.