MATA INDONESIA, JAKARTA-Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS mengatakan bahwa sektor kelautan dan perikanan bisa berkontribusi 15 persen terhadap perekonomian Sumatra Barat (Sumbar).
Untuk mencapai kontribusi 15 persen tersebut, Prof Rokhmin menyebut jurus-jurus yang perlu dilakukan.
Pertama, revitalisasi. Harusnya seluruh unit usaha di sektor kelauta dan perikanan, baik itu perikanan tangkap, perikanan budidaya, maupun pengolahan hasil perikanan, semuanya dievaluasi.
“Mana yang belum produktif, mana yang belum efisien atau menguntungkan. Mana yang belum lestari. Itu ada rumusnya, ada caranya. Begitu pula untuk memperbaiki, juga ada caranya,” ujarnya.
Revitalisasi semua unit usaha (bisnis) budidaya laut (mariculture), budidaya perairan payau (coastal aquaculture), dan budidaya perairan darat untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, daya saing, inklusivitas, dan keberlanjutan (sustainability)-nya.
Kedua, kata Prof Rokhmin, melakukan perluasan usaha atau ekstensifikasi. Ia lalu menyebut, di Cina, tiap-tiap daerah dikembankan kelautan dan perikanan sesuai dengan daya dukungnya.
Ekstensifikasi usaha di lahan perairan baru dengan komoditas unggulan, baik di ekosistem perairan laut (kakap putih, kerapu, lobster, dan rumput laut Euchema spp); payau (udang Vaname, Bandeng, Nila Salin, Kepiting, dan rumput laut Gracillaria spp); maupun darat (nila, patin, lele, mas, gurame, dan udang galah). Tahun 2022 – 2024 Pengembangan 5.000 ha tambak udang vaname intensif di: Pessel, Kota Pariaman, Padang Pariaman, Agam, dan Pasbar.
Ketiga, diversifikasi usaha budidaya dengan spesies baru di perairan laut, payau, dan darat. Sampai saat ini orang Indonesia baru membudiayakan jenis ikan, rumput laut, dan udang, hanya 25 jenis. Sedangkan di Cina sudah 125 jenis. Padahal Indonesia adalah rajanya atau gudangnya keanekaragaman hayati atau biodiversity.
“Harusnya kita lebih banyak dari Cina. Kalau kita lihat dari kacamata positif, berarti begitu banyak jenis-jenis ikan yang bisa kita budidayakan,” kata Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu.
Ia lalu menyebut contoh di bidang perikanan tangkap. Intinya modernisasi nelayan tradisional, yaitu dibantu alat penangkapannya, dibantu sarana produksinya, lalu dibantu industri pengolahan dan pemasarannya.
Tak kalah pentingnya, kata Prof Rokhmin, penguatan dan pengembangan usaha perikanan budidaya di setiap kabupaten dan kota berbasis komoditas unggulan setempat (lokal).
Untuk Kabupaten/Kota non-pesisir, komoditas/spesies unggulannya adalah jenis-jenis ikan perairan tawar, seperti: ikan nila, gurame, mas, patin, lele, baung, belida, udang galah, dan ikan hias.
Untuk kabupaten/kota pesisir-laut, komoditas unggulan di perairan laut: kakap putih, kerapu, kerang hijau, kerang darah, gonggong, lobster, bawal bintang, dan rumput laut (Euchema spp). Komoditas unggulan perairan payau (tambak): udang vaname, nila salin, bandeng, kepiting, dan rumput laut (Gracillaria spp). Komoditas unggulan di perairan tawar: ikan nila, gurame, mas, patin, lele, baung, udang galah, dan ikan hias.